Satu Islam Untuk Semua

Monday, 28 January 2019

Kisah Penghambaan Majnun dan Abid


islamindonesia.id – Kisah Penghambaan Majnun dan Abid

 

Alkisah, seorang yang gila (majnun) melintas di depan seorang ahli ibadah (‘abid) yang menangis sesenggukan sembari bermunajat.

“Duhai Tuhanku, jangan masukkan aku ke dalam neraka-Mu, Kasihani dan sayangilah aku, Duhai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Mendengar itu, Majnun tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat Abid merasa terusik.

“Apa yang membuatmu tertawa, hai orang gila..?”

“Munajatmu membuatku tertawa,” jawab Majnun, lalu balik bertanya,”Apakah engkau menangis karena takut dari api neraka..?”

“Memangnya engkau tidak takut..?” tukas sang Abid seolah tak terima.

“Tidak, aku tidak takut.!”  tandas Majnun dengan tegas.

Mendengar itu, Abid pun tertawa dan berkata, “Ya benar juga sih. Kamu kan memang orang gila.”

Majnun menimpali, “Bagaimana bisa engkau takut akan neraka..? Padahal engkau mempunyai Tuhan yang Maha Pengasih, yang rahmat-Nya tanpa batas.”

Abid menjawab, “Aku telah melakukan perbuatan dosa. Jika Allah menyiksaku karena keadilan-Nya, niscaya aku akan dimasukkan ke dalam neraka-Nya. Aku menangis, agar Tuhan mengasihiku dan mengampuni dosaku. Aku menangis, agar Tuhan tidak menghisabku dengan keadilan-Nya, melainkan dengan keutamaan (fadllihi), kelembutan dan kasih sayang-Nya, sehingga aku tak dimasukkan ke neraka-Nya.”

Mendengar itu, Sang Majnun tambah tertawa terbahak-bahak sehingga membuat Si Abid merasa jengkel dan bertanya ketus, “Apa yang membuatmu tertawa, hai Majnun..?”

“Abid, engkau mempunyai Tuhan yang adil, yang tidak zalim, tapi engkau takut akan keadilan-Nya. Engkau mempunyai Tuhan yang Maha Pengampun, Maha Penyayang dan Maha Penerima taubat, tapi engkau masih takut neraka-Nya.”

“Apa engkau tidak takut akan Allah, Majnun..?” lagi-lagi Abid tersinggung dan tak terima.

Majnun menjawab, “Tentu, aku takut kepada Allah, tetapi takutku bukan karena neraka-Nya.”

Abid merasa takjub dan bertanya, “Jika bukan karena takut akan neraka-Nya, lalu engkau takut karena apanya..?”

“Aku takut untuk berjumpa dengan-Nya dan takut menjawab pertanyaan-Nya. Yakni, ‘Kenapa engkau durhaka kepada-Ku..?’”

“Maka jika aku termasuk ahli neraka, aku berharap dimasukkan ke dalam nerakanya tanpa ditanya. Siksa neraka lebih ringan bagiku daripada menjawab pertanyaan Tuhanku. Aku tidak mampu memandang-Nya dengan pandangan khianat dan menjawab pertanyaan-Nya dengan mulut dusta. Jika masuknya aku ke dalam neraka-Nya membuat Kekasihku ridha kepadaku, aku pun rela.”

Jawaban Majnun membuat Abid terbungkam.

“Abid, aku punya rahasia untukmu, tapi jangan bilang siapa-siapa ya..?”

“Rahasia apa itu, Duhai Majnun..?”

“Abid, sesungguhnya Tuhanku tak akan memasukkanku ke dalam neraka-Nya. Tahukah kamu kenapa..?”

“Kenapa..?” tanya Abid, penasaran.

“Aku menyembah-Nya karena cinta dan rindu, sedangkan engkau menyembah-Nya karena takut dan tamak. Prasangkaku kepada-Nya lebih utama ketimbang prasangkamu kepada-Nya, dan harapanku pada-Nya lebih utama ketimbang harapanmu pada-Nya. Tahukah kamu..? Musa as pergi mendatangi bara api untuk menghangatkan diri, namun kembali dengan membawa Risalah Kenabian (nubuwah). Dan aku pergi untuk melihat keindahan Tuhan, namun aku kembali dalam keadaan gila.”

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *