Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 05 January 2022

Jauhi Sifat Hasud: Perintis Keburukan, Pemicu Qabil Membunuh Habil


islamindonesia.id – Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin) ini, tujuannya adalah mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia, di dunia dan di akhirat.

Untuk menjadikan kebahagiaan hidup manusia ke arah hidup yang seimbang, diperlukan pemenuhan kebutuhan lahiriah dan batiniah, dan menjauhi segala hal yang dapat menimbulkan penyakit jasmani dan ruhani.

Salah satu penyakit ruhani yang dapat merusak kehidupan manusia adalah hasad/hasud atau dengki/iri hati. Penyakit ini disebutkan dalam Alquran juga beberapa hadis Nabi.

Penyakit hasad/hasud bisa menimpa semua orang, baik tua ataupun muda, baik orang miskin maupun kaya.

Sebagaimana Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym dalam bukunya yang berjudul Menggapai Qolbun Saliim menuliskan bahwa orang yang hasud akan lebih banyak bermuka masam, ia sulit menampakkan wajah manis, tutur katanya lebih banyak menghina, mencela dan menjatuhkan. Itulah mengapa kata Aa Gym, penyakit hasud dapat membahayakan diri pengidapnya, keluarganya dan masyarakat. Padahal, Islam mengajarkan hal-hal yang hendak menjadikan manusia dapat hidup sejahtera dan bahagia.

Dalam Alquran dijelaskan pula tentang berbagai macam peristiwa masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran bagi setiap generasi dari masa ke masa, dan juga dijelaskan tentang orang-orang berakhlak baik dan mulia. Di samping itu juga dijelaskan berbagai macam karakter orang-orang yang berhati keras, kasar dan membangkang terhadap perintah dan larangan dari Allah SWT dan Rasul-Nya.

Adapun salah satu sifat yang tidak terpuji yang disebutkan dalam Alquran adalah sifat hasud atau dengki ini.

Hasad/hasud berasal dari Arab yaitu
الحسد yang sama artinya dengan dengki atau iri hati. Sedangkan menurut KBBI, kata hasad berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka), karena hasad yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa hasud adalah sikap membenci terhadap karunia Allah SWT yang diterima oleh orang lain. Sikap ini sering kali menyebabkan manusia menginginkan kenikmatan orang lain tersebut, atau dia menginginkan hilangnya kenikmatan yang dirasakan oleh orang tersebut. Misalnya, orang fakir terkadang timbul perasaan hasud kepada orang kaya atas harta dan kekayaan yang dimilikinya, dan terkadang orang kaya muncul sifat hasudnya kepada orang fakir atas kesehatan dan kekuatan badannya.

Di samping itu, penyakit hasud ini bukan saja bisa terkena kepada orang kaya, melainkan pula terhadap orang miskin. Bukan saja kepada golongan tua melainkan orang muda juga dapat terjangkit risikonya. Intinya, penyakit hasud ini bisa menimpa siapa saja.

Mengenai sifat hasud yang sangat berbahaya, Nabi s.a.w telah menerangkan,
الْحَسَ دَ الْحَطَ بَ قَالَ الْعُشْ بَ
“Jauhilah olehmu sifat hasad/hasud, karena sesungguhnya hasad/hasud itu memakan kebajikan-kebajikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.”

Artinya, penyakit hati berupa hasud ini dapat menyebabkan keburukan yang luar biasa, karena ia dapat merusak berbagai pahala amal kebaikan. Pahala mengaji, shalat, puasa, sedekah, haji, juga pahala umrah semuanya dapat terbakar ludes oleh dosa hasud. Ibarat api melahap kayu bakar.

Adapun bahaya lain yang disebabkan oleh sifat hasud ini pada diri, akan menyebabkan pelakunya senantiasa dalam keadaan gelisah dan merasa tidak tenang apabila melihat orang lain mendapatkan karunia dari Allah SWT. Oleh karena itu, dia terus merasa resah dan gelisah seperti api yang kehabisan bahan bakar lalu membakar dirinya sendiri.

Sedangkan bahaya lain dari sifat hasud yang berdampak pada keluarganya adalah menimbulkan dendam yang berkepanjangan, yang apabila ia tidak memiliki iman yang kuat, maka akan timbul padanya niat untuk melenyapkan nyawa saudaranya sendiri.

Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib, “Iri hati (hasud) adalah perintis keburukan. Karenanya Qabil membunuh Habil.”

Apabila penghasud ini sudah merebak di dalam masyarakat, maka dampak dari sifat hasud ini akan menyebabkan perpecahan di dalam kalangan masyarakat, menimpa sikap saling bermusuh-musuhan dan saling membenci.

Setelah memahami penjelasan mengenai penyakit hasud ini, dan menyadari betapa bahayanya penyakit tercela ini bagi pelakunya, maka perlu diketahui pula bagaimana metode yang paling efektif untuk mengobati dan membersihkan hati darinya.

Di antara obat penawar dari sifat hasud yang dianggap paling mujarab adalah sebagaimana yang telah diterangkan Allah SWT dalam Alquran surah an-Nisaa’ ayat 32, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dalam ayat ini, Allah SWT melarang hamba-Nya untuk memiliki sifat hasud terhadap rezeki yang berada di tangan orang lain, karena hanya Dia-lah pula yang akan menunjukkan kepada hamba-Nya tentang sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Menghindari sifat hasud dapat dilakukan hanya dengan memohon karunia- Nya dan merupakan perantara agar permintaannya dipenuhi apabila Allah SWT menghendakinya.

Sejalan dengan yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a, “Pernah ditanya kepada Rasulullah s.a.w, ‘siapakah manusia yang paling utama?’ Rasulullah s.a.w bersabda, ”Manusia yang paling utama adalah yang bersih hatinya dan lurus pembicaraannya.” Para sahabat bertanya, ”Kalau lurus pembicaraannya hal itu dapat kami mengerti, namun bagaimana dengan yang bersih hatinya?” Beliau menjawab, ”Yaitu yang bertakwa dan yang bersih. Dia tidak berdosa, tidak dengki, tidak iri dan tidak hasad.”

Melalui hadis Nabi s.a.w ini jelaslah bahwa orang yang mempunyai hati yang bersih dan memilihara dirinya dari menzalimi orang lain, khususnya orang yang dihasadnya akan menjadi manusia yang paling utama di sisi Allah SWT dan di mata Nabi s.a.w.

Menurut Syeikh Ahmad Abdurrahman, metode penanganan dengan amal yang bermanfaat ialah dengan memaksakan diri mengerjakan kebalikan dari apa yang diperintahkan rasa hasud tersebut. Jika rasa hasud ini memerintahkan untuk melakukan balasan dendam kepada orang yang dihasud, maka jiwanya harus dipaksa untuk memuji dan menyanjung orang yang dihasudnya. Jika rasa hasud menyuruhnya untuk bersikap takabbur, maka dia memaksa jiwanya tawadhu’ kepada orang yang dihasud. Jika rasa hasud itu memerintahkannya untuk menghentikan pemberian santunan kepadanya, maka dia harus memaksa dirinya untuk memberinya santunan.

Berdasakan uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa sifat hasud merupakan salah satu sifat tercela yang harus dihindari karena dapat merusak kepribadian pengidapnya sekaligus mengganggu kestabilan tatanan sosial atau kehidupan bermasyarakat.

Akhirnya, semoga Allah SWT berkenan memberikan kemudahan dan kemampuan kepada kita semua untuk menghindarkan diri dari sifat hasud yang sangat berbahaya ini.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *