Satu Islam Untuk Semua

Friday, 09 June 2023

Jangan Pernah Minta Mati Meski Tengah Dilanda Kepayahan Hidup


islamindonesia.id – Pada saat kita tengah menghadapi kepayahan hidup, sakit yang tak kunjung sembuh, kondisi ekonomi yang semakin sulit, problematika rumah tangga yang semakin kompleks, adakalanya kita berharap datangnya kematian untuk mengakhiri segala penderitaan yang kita hadapi.

Adakalanya kesabaran menjadi habis, merasa tak berguna, putus asa dan hilang harapan. Kata-kata yang terucap, “lebih baik mati saja”, “hidupku rasanya tak akan lama lagi”, dan kata-kata perpisahan lainnya.  Namun apa yang terjadi? Ketika kita berharap kematian pun, Allah SWT belum tentu juga mengakhiri ajal hamba-Nya.

Setiap yang bernyawa sudah pasti akan menemui kematian. Namun, kematian seperti apa yang akan kita hadapi nanti? Jika Allah SWT menghendaki kita “pulang”, maka akan ada saatnya kita kembali ke pangkuan-Nya. Namun jika Allah SWT belum menakdirkan ajal hamba-Nya, itu tanda kita masih diberi kesempatan untuk bertaubat dan berbenah diri.

Allah SWT tahu kita lelah. Dia tahu sakit yang kita rasakan, saat kita berusaha hidup dengan segala kepayahan dan penderitaan yang tak   kunjung usai. Namun demikian, pada saaat yang sama Tuhan juga lebih tahu, kapan waktu yang tepat, kapan kita harus “pulang dan istirahat” di alam yang berbeda.

Rasulullah s.a.w melarang seseorang berangan-angan agar lekas mati. Tentang hal ini, diriwayatkan bahwa beliau bersabda: “Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah meminta mati sebelum datang waktunya. Karena orang mati itu amalnya akan terputus, sedangkan umur seorang Mukmin tidaklah bertambah melainkan akan menambah kebaikan.” (HR. Muslim)

“Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang baik, semoga saja bisa menambah amal kebaikannya. Dan jika dia orang yang buruk (akhlaknya), semoga bisa menjadikannya bertaubat.” (HR. Bukhari)

“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, ‘Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku’.” (HR. Bukhari-Muslim-Tirmidzi)

“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, ‘Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku’.”(HR. Bukhari-Muslim)

Daripada minta mati, lebih baik bersabarlah terhadap apa yang menimpa kita, dan berdoalah: “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada-Mu).” (QS: Al-A’raf:126)

Atau berdoalah: “Ya Allah, baguskanlah akhir dari segala urusan kami dan hindarkanlah kami dari kehinaan godaan dunia dan siksa di akhirat nanti.”

Anas bin Malik berkata, “Jika bukan karena aku mendengar Rasulullah s.a.w melarang kita untuk berdoa meminta kematian, niscaya aku akan memintanya.” (HR. Bukhari)

Maka dari itu, janganlah berangan-angan atau meminta kematian karena musibah yang dialami, baik berupa kemiskinan, kehilangan orang yang dicintai atau sesuatu yang berharga, luka dan penyakit yang parah, juga musibah lainnya.

Larangan ini karena dua alasan. Alasan pertama, perbuatan tersebut menunjukkan keluh-kesah terhadap musibah yang menimpa, tidak ridha dengan takdir Allah dan menentang takdir yang telah Allah tetapkan. Padahal yang menjadi kewajiban bagi seorang Muslim adalah bersabar, bersikap ridha terhadap musibah atau takdir Allah dalam menghadapi musibah.

Alasan kedua, berdoa meminta kematian tidaklah mendatangkan maslahat, namun di dalamnya justru terdapat mafsadah (keburukan).  

Ingatlah kembali sabda Rasulullah s.a.w: “Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang baik, semoga saja bisa menambah amal kebaikannya. Dan jika dia orang yang buruk (akhlaknya), semoga bisa menjadikannya bertaubat.” (HR. Bukhari)

Sejatinya, saat kita dalam kepayahan, rasa sakit yang berkepanjangan, berserah diri dan bertawakallah kepada Allah. Sadarlah bahwa kita hanyalah milik-Nya, maka kapan pun akan “dipanggil pulang”, kita sudah bersiap diri dengan ketetapan-Nya.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *