Satu Islam Untuk Semua

Friday, 03 April 2020

Hikmah – Memuliakan Allah


islamindonesia.id – Memuliakan Allah

Di antara hal-hal yang dibenarkan oleh fitrah manusia adalah melakukan penghormatan yang ditujukan kepada pribadi-pribadi yang agung. Dalam kenyataannya, manusia menghormati orang-orang kaya dan berpengaruh, penguasa, dan raja-raja karena menganggap mereka itu sebagai orang-orang besar.

Dapatkah kebesaran mereka dibandingkan dengan kebesaran dan kehebatan Raja segala raja, yang bagi-Nya dunia tempat kita hidup ini hanyalah sebuah partikel debu semata dalam kerajaan-Nya?

Dialah Sang Pencipta dan Raja dari kosmos yang mahadahsyat ini, yang ketakberhinggaannya tidak dapat diukur, atau bahkan dibayangkan oleh akal manusia.

Manusia, sebuah makhluk yang merangkak dalam salah satu dari planet kecil-Nya, secara menyedihkan gagal menangkap lingkup dunia kecilnya sendiri—dengan mataharinya yang tidak dapat dibandingkan dengan matahari-matahari lain yang jauh lebih besar di galaksi-galaksi yang tidak terhitung. Tata surya kita bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan beberapa tata surya lain, yang masih lolos dari mata tajam manusia (dan teleskop) penjelajah dan peneliti dunia.

Apakah Dia Yang Mahabesar dari yang terbesar, yang dapat mengetahui setiap rincian terkecil sekalipun dari dunia yang bukan hanya dunia-dunia yang telah diketahui ini, tetapi juga yang belum diketahui, tidak patut dimuliakan menurut prinsip akal dan fitrah?

Jika seseorang gagal memuliakan-Nya, dia harus sangat berhati-hati dan waspada akan kehadiran Allah hadir di setiap tempat. Bukankah (rasa) kehadiran itu akan mendatangkan penghormatan dalam diri?!

Itulah sebabnya mengapa orang yang sedang menggunjing ¾mengikuti hukum fitrahnya¾akan mendadak berhenti bila orang yang sedang digunjingkan itu hadir di hadapannya, bahkan dia akan menunjukkan penghormatan kepada yang bersangkutan!

Jelas, Allah hadir dalam setiap makhluk dan mengawasi seluruh kejadian alam wujud. Bahkan, setiap nyawa dan ilmu merupakan tempat kehadiran-Nya yang tidak terbatas.

Maka itu, ingatlah wahai jiwa yang keji, keburukan dahsyat dan dosa besar macam apa yang kau lakukan bilamana kau bermaksiat kepada Dzat Maha Agung di hadapan kehadiran-Nya yang kudus dengan menggunakan sarana pelbagai daya yang telah Dia karuniakan untukmu?! Bukankah sudah sepantasnya kau meleleh dan meluruh karena malu, kalau saja kau punya sedikit rasa malu?

Oleh karena itu, wahai saudaraku, ingatlah keagungan Tuhanmu! Ingatlah seluruh rahmat dan bantuan-Nya untukmu. Ingatlah bahwa engkau berada di tempat kehadiran-Nya dan Dia menyaksikan gerak-gerikmu.

Hentikanlah pembangkangan ini, sehingga engkau dapat mengalahkan dan menundukkan pasukan iblis dalam perang genting ini. Jadikanlah kerajaan (jiwa)-mu sebagai kerajaan Sang Pengasih (Ar-Rahmân) yang Maha Benar.

Usirlah seluruh pasukan iblis dan undanglah pasukan Al-Haqq agar Allah memenangkanmu dalam tahap perjuangan dan pertempuran berikutnya, yakni jihad melawan diri di alam batin sebagai tahap kedua perjuangan manusia melawan dirinya.

Sekali lagi, jangalah berharap pada dirimu sendiri, karena tidak ada yang dapat engkau lakukan kecuali dengan pertolongan Allah. Maka itu, mintalah dengan merendah dan bersungguh-sungguh kepada Allah agar Dia menolongmu dalam mujâhadah (perlawanan) ini dan menjadikanmu sebagai pemenang. Sesungguhnya Dia adalah Pemberi taufik.

MK/IslamIndonesia/Foto ilustrasi: Prayer in Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *