Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 23 December 2017

HIKMAH – Kisah Pak Tua, Uangnya Hilang Sowan Kiai


islamindonesia.id – Kisah Pak Tua, Uangnya Hilang Sowan Kiai

 

Dalam ceramahnya saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Majlis Maulid asuhan Habib Faishal Bafaqih, Jragung, Karangawen, Demak, bulan lalu, KH Munif Zuhri menyampaikan sebuah kisah.

Alkisah ada seorang  lelaki tua asal Desa Kebonbatur, Mranggen, Demak, sowan kepada KH Munif Zuhri, Pengasuh Pesantren Girikusumo, Mranggen, seraya mengadukan satu hal.

“Mbah, saya baru kehilangan uang,” keluhnya.

Ia berharap Kiai Munif akan memberikan doa, amalan atau sejenisnya agar uang yang hilang bisa segera kembali ditemukan.

Mbah Kiai kemudian balik bertanya, “Lha terus maksudmu gimana?”

“Ya nganu, Mbah Kiai. Bagaimana caranya supaya uang yang hilang tadi bisa kembali lagi.”

“Waaaah, kamu ini. Punya uang nggak datang. Giliran hilang, mengeluh kemari,” canda khas Kiai Munif.

“Hilangnya di mana?” Tanya cucu KH Abdul Hadi yang juga mursyid tarekat Khalidiyah Naqsyabandiyah tersebut.

“Hilangnya di kayu-kayunan, Mbah”

“Ah, paling kamu lupa, atau mungkin diambil cucumu,” Kiai Munif mencoba mengajak berpikir, supaya tidak cepat-cepat merasa kemalingan, disatroni orang lain, atau sejenisnya.

“Nggak tahu sih, Mbah. Pokoknya saya pengen uang itu kembali. Bagaimana caranya terserah Njenengan.”

“Berapa sih jumlahnya?”

“Delapan puluh ribu, Mbah.”

“Udah, aku ganti aja gimana? Mau nggak, kamu?” tawar Kiai.

Tamu dari desa ini pun berkenan. Ia kemudian diberi uang sejumlah seratus ribu, yang artinya dua puluh ribu lebih banyak daripada uangnya yang hilang.

Setelah uang diterima, sesaat sebelum melewati pintu keluar, terdengar kalimat meluncur dari mulut Pak Tua ini.

“Hmmmm … Andai uangku tadi tak hilang, sekarang aku sudah punya 180 ribu,” khayalnya.

***

Apa saja pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita hikmah di atas? Di antaranya, orang tua ini merupakan cermin sebagian masyarakat kita yang belum mampu mensyukuri segala hal yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Ia tidak ingat, sebelum mempunyai uang 80 ribu, ia merupakan pribadi yang tidak mempunyai uang sama sekali. Kemudian, oleh Allah diberi uang 80 ribu meskipun dengan jalan yang sewajarnya, bisa melalui kerja, diberi orang, dan lain sebagainya.

Namun di saat Allah mengambil uang tersebut, tidak melalui jalan yang biasanya, pemegang uang tampak tak rela.

Padahal, Allah menarik uang hamba bisa dengan segala cara. Bisa diberi uang lalu diberi sakit dahulu, kemudian uang digunakan untuk berobat sehingga uang itu kembali lepas. Bisa lapar dahulu, lalu membeli makanan, uang lepas. Atau pula bisa tanpa faktor yang tidak diketahui pemiliknya, yaitu dicuri orang lain. Semua milik Allah, kembali kepada Allah.

Jalan kebahagiaan adalah dengan menerima apa saja yang diberikan dan diatur oleh Allah kepada kita. Kita tak perlu risau atas apa yang telah digariskan oleh Allah kepada kita.

Imam Abdullah ibn Alwi Al Haddad dalam kutipan syairnya mengatakan:

لَا تُكْثِرْ هَمَّكَ، مَا قُدِّرَ يَكُوْنُ

“Janganlah engkau banyak resah gelisah. Semua hal yang telah digariskan, pasti akan terjadi.”

اَلَّذِيْ لِغَيْرِكَ لَنْ يَصِلْ إِلَيْكَ، وَالَّذِيْ قُسِّمَ لَكَ حَاصِلٌ لَدَيْكَ، فَاشْتَغِلْ بِرَبِّكَ وَالَّذِيْ عَلَيْكَ

“Sesuatu yang memang digariskan menjadi milik orang lain, tak akan lari ke tanganmu. Dan segala hal yang sudah digariskan untukmu, pasti akan sampai ke tanganmu. Maka, sibukkan dirimu dengan Tuhanmu serta memenuhi kewajiban yang kamu emban.”

Rasulullah SAW bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمْ، وَرُزِقَ كَفَافاً، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh beruntung orang yang memeluk agama Islam, diberi rezeki cukup, dan Allah memberikan anugerah kepadanya sifat qanaah (menerima apa adanya) atas semua hal yang diberikan kepadanya.” (HR Muslim).

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *