Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 24 July 2018

HIKMAH – Hidayah


islamindonesia.id – HIKMAH – Hidayah

 

Oleh Abdillah Toha, Pengamat Sosial, Budaya dan Keagamaan

 

Hidayah biasa diartikan sebagai bimbingan, tuntunan, atau petunjuk dari Allah. Inilah yang Muslim selalu meminta paling sedikit tujuh belas kali sehari dalam shalatnya. Petunjuk dan bimbingan dari Allah agar diarahkan ke jalan yang lurus yang penuh kenikmatan dan jauh dari kemurkaan. Dari kegelapan menuju yang terang benderang.

Hidayah juga sering dihubungkan dengan mereka yang mendapatkan petunjuk untuk memeluk agama Islam dengan meninggalkan keyakinan yang dianutnya sebelum itu. Ini yang disebut sebagai hidayah agama (din) dan itu adalah hak prerogatif Allah. Nabipun tidak bisa memberi hidayah jenis ini. Allah berfirman innaka la tahdi man ahbabta, walakinna allaha yahdi man yasya’. Apakah seseorang mau beriman atau tidak itu bukan lagi menjadi otoritas seorang rasul. Nabi atau ulama hanya sebagai perantara yang memberi irsyad.

Maka tidak boleh kita memaksakan seseorang untuk beriman. Karena beriman adalah sebuah pilihan dan yang memberi petunjuk adalah Allah. Sehingga Allah menyebutkan, man yuridi allahu bihi khairan yufaqqihu fi ad-din.

Dalam al-quran banyak ayat mengenai Hidayah. Ada ayat yang menyebut hidayah bagi manusia umumnya (hudan linnas) dan ada juga disebut hidayah untuk mereka yang bertakwa (hudan lil muttaqin) khususnya dalam menangkap pesan al-Quran (QS 2:2). Hidayah yang umum untuk manusia itu barangkali hidayah dalam bentuk akal dan naluri yang diberikan kepada manusia seluruhnya. Hidayah fitri yang merupakan bagian dari sunatullah.

Sedangkan hidayah bagi manusia yang bertaqwa mungkin perlu pemahaman yang lebih dalam. Apakah meraih hidayah agar menjadi manusia bertakwa atau bertakwa dahulu baru mendapatkan hidayah? Lebih masuk di akal pemahaman yang pertama. Namun demikian, bertaqwa lebih dahulu baru kemudian mendapatkan hidayah juga dapat dimengerti bila yang dimaksud dengan bertakwa adalah mencari kebenaran dengan kesungguuhan.

Mereka yang mencari kebenaran dengan tulus akan dibimbing oleh Allah seperti telah terbukti dalam contoh orang-orang Barat yang mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh dan kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam. Mempelajari dengan tulus adalah mempelajari guna mencari kebenaran bukan pembenaran.

Sering kita dapati bahwa tingkat keimanan seseorang yang menjadi muslim karena hasil pencarian lebih kuat dari muslim yang terlahir Islam. Bagi kita yang memeluk Islam sejak lahir dari sebab keturunan, hidayah masih tetap diperlukan seperti yang kita minta tiap hari dalam shalat. Mengapa? Karena tingkat keimanan seseorang bisa naik dan turun. Hidayah bagi muslim diperlukan untuk menjaga dan menaikkan tingkat keimanan nya. Dari muslim menjadi mukmin dan dari mukmin menjadi muhsin.

Terakhir tentang adanya ayat bahwa Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya (yahdi man yasya’) dan menyesatkan kepada siapa yang dikehendakiNya (yudhillu man yasya’). Tampaknya yang dimaksud dengan menyesatkan disini adalah ditujukan kepada  para pendosa (fasiqun) yang memang tidak mengharapkan bimbingan atau petunjuk dari Allah (QS 2:26). Menyesatkan diartikan sebagai membiarkan mereka dalam kesesatan.

Dapatkah seseorang yang telah menjadi muslim kemudian disesatkan atau dibiarkan menjadi sesat oleh Allah? Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab. Namun bila kita melihat ada orang-orang Islam yang perilakunya sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan merugikan nama Islam, kita hanya bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya mereka telah dibiarkan oleh Allah terperosok ke dalam jurang keterpurukan.

Sebaliknya, pertanyaan yang lebih sulit lagi untuk dijawab, bagaimana dengan non muslim yang berakhlak dan berperilaku Islami? Apakah mereka mendapat hidayah dari Allah? Wallah a’lam.

Semoga pintu-pintu hidayah akan terus terbuka bagi kita semua. Aamiin.

 

 

 

AT – 24072018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *