Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 21 December 2021

Gus Baha: Sampaikan Islam dengan Santuy


islamindonesia.id – “Sekarang itu ada orang yang menyampaikan Islam, seolah Islam itu aturannya repot, mengekang, dan bahkan terkesan bengis.”

Begitu pernyataan yang disampaikan Gus Baha saat “Ngaji Bareng” di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang.

Saat ini memang ada orang yang gampang mengklaim dan suka menuduh orang lain yang berbeda, dengan tuduhan bid’ah, sesat, kafir, bahkan ahli neraka.

Menurut Gus Baha, “Kemungkinan orang yang seperti ini karena kurang baca.” Orang yang bacaannya terbatas apalagi tahunya hanya satu dalil saja maka akan sangat gampang mengklaim salah orang lain.

Padahal, lanjut Gus Baha, Allah saja menghendaki agama ini mudah, sebagaimana dalam Alquran dinyatakan: يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Kemudian Gus Baha kembali menegaskan tentang mudahnya Islam dengan menyatakan, “Bahkan, Nabi sendiri kalau mengajarkan kebaikan itu rileks.” Atau dalam bahasa gaul kaum milenial dikenal dengan istilah “santuy”.

Ya, begitulah seharusnya agama yang diajarkan Rasulullah mesti disampaikan secara rileks. Terutama kepada para dai, hendaknya tidak pernah mengajarkan Islam dengan cara kaku, keras, apalagi terkesan bengis seraya gampang mengklaim orang lain sesat, bid’ah dan menuduh mereka sebagai ahli neraka.

Terkait hal tersebut, Gus Baha kemudian menyampaikan beberapa contoh betapa Nabi menyampaikan ajaran Islam itu dengan cara santuy.

Salah satunya, kisah Sahabat Mu’adz yang mengadu kepada Rasulullah karena ada makmum yang mufaraqah dari barisan jemaah shalat. Ketika Sabahat Mu’adz menjadi Imam membaca surah Al-Baqarah, ada salah satu makmum yang mufaraqah lalu diadukan kepada Rasulullah. Mungkin tujuan Sabahat Mu’adz agar orang yang mufaraqah itu ditegur Rasulullah.

Namun ternyata, yang mendapatkan teguran justru Sahabat Mu’adz sendiri yang membaca surah panjang sementara makmum yang mufaraqah adalah seorang petani.

Rasulullah menegur Sahabat Mu’adz agar ketika menjadi Imam memperhatikan makmum yang memiliki kepentingan mendesak dalam pekerjaannya.

Maksud dari riwayat ini adalah kebolehan mufaraqah dalam shalat berjemaah jika memang ada uzur yang dapat dibenarkan secara syariah. Jadi, ajaran Islam itu tidak kaku, melainkan justru memperhatikan kepentingan setiap individu Muslim.

Kisah lain, berkenaan dengan puasa sunah. Yakni puasa sunah yang dilakukan Rasulullah karena tidak ada makanan atau sarapan. Ketika Rasulullah bertanya kepada Siti Aisyah, apakah ada makanan dan Siti Aisyah menjawab tidak ada, Rasulullah langsung memutuskan puasa sunah. Jika memang ada makanan untuk sarapan, Rasulullah tidak puasa sunah. Sekali lagi, riwayat ini mengajarkan kepada kita bahwa Islam itu mudah khususnya dalam beribadah puasa sunah, tidak harus berniat di malam hari.

Kisah berikutnya adalah tentang majelis ilmu. Ketika Rasulullah mengadakan majelis ilmu di masjid, ada orang yang tidak ikut majelis ilmu, tapi malah pergi bekerja ke kebun. Semua sahabat yang ikut majelis Rasulullah menggerutu,” Ini orang gak bener, kok bisa pergi ke kebun sementara Rasulullah sedang mengadakan majelis ilmu.”

Namun apa yang kemudian disampaikan oleh Rasulullah kepada para Sahabat yang mencela orang tersebut? Dengan nada santai, Rasulullah berkata kepada para Sahabat, “Apa yang dilakukannya itu bagus, karena ikut ajaran saya. Ngaji ilmu ajaran saya, kerja juga ajaran saya. Dia kerja ke kebun karena mencari nafkah untuk keluarganya.”

Nah, riwayat ini menunjukkan hikmah bahwa kita jangan gampang menganggap salah orang lain hanya karena kita merasa melakukan kebaikan.

Begitu pula ketika ada seseorang yang ingin masuk Islam tetapi keberatan setelah mengetahui bahwa syaratnya tidak boleh atau dilarang melakukan zina. Semua sahabat yang mendengar ucapan orang ini kaget dan marah. Para Sahabat berkeyakinan Rasulullah akan marah juga ketika orang tersebut datang kepada Rasulullah dan menyampaikan ucapannya itu. Namun apa yang terjadi ketika berhadapan dengan Rasulullah? Orang tersebut tidak dimarahi apalagi dicap sebagai ahli neraka sebagaimana kebiasaan sekelompok orang di masa kita sekarang yang mudah memvonis orang lain yang dianggap salah.

Justru Rasulullah membimbing orang itu dan mengubah pola pikirnya yang masih dikuasai nafsu melakukan zina. Rasulullah bertanya, “Bagaimana jika ibumu, bibimu, saudarimu yang diperlakukan zina oleh laki-laki lain?” Mendengar pertanyaan tersebut, orang yang hendak masuk Islam tapi pada awalnya tetap ingin berzina, tiba-tiba saja pikiran dan hatinya langsung terbuka dan sadar bahwa zina termasuk perbuatan keji.

Riwayat ini pun menjelaskan kepada kita bagaimana Rasulullah sangat memudahkan ajaran Islam bahkan bagi orang yang masa lalunya bejat. Rasulullah menyampaikan ajaran Islam dengan menerima siapa saja bahkan orang-orang yang penuh dosa dan Rasulullah tidak pernah sekali pun mengklaim mereka sebagai ahli neraka.

Demikianlah di antara contoh dakwah Islam yang disampaikan oleh Gus Baha, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Pendek kata, Gus Baha ingin ajaran Islam itu disampaikan dengan rileks, dengan santuy.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *