Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 02 February 2023

Derita Dunia dan Cara Tepat Menyikapinya


islamindonesia.id – Penderitaan dunia itu termasuk perkara yang wajib disyukuri oleh seorang hamba Allah SWT. Sebabnya, semuanya akan mendatangkan manfaat yang besar, pahala berlimpah dan akan memperoleh ganti yang lebih baik di kemudian hari sesuai firman-Nya: “…Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Imran:145)

Kebaikan yang menyertainya kemudian, jika dibandingkan dengan penderitaan-penderitaan itu sangatlah tidak seimbang. Kenikmatan dan kebaikan yang terjadi pascamusibah jauh lebih besar daripada musibah itu sendiri.

Menurut para ahli hikmah, pada garis besarnya musibah manusia itu ada lima macam. Pertama, sakit di pengasingan, kedua, fakir di hari tua, ketiga, mati pada usia muda, keempat, mengalami kebutaan sesudah dapat melihat, dan kelima adalah melupakan Allah SWT setelah sebelumnya mendapat makrifat.

Tidakkah Anda tahu bagaimana Nabi s.a.w juga memuji dan bersyukur kepada Allah SWT dalam menghadapi penderitaan, sebagaimana beliau memuji dan bersyukur ketika menerima nikmah Allah SWT. Rasul pernah bersabda: “Segala puji bagi Allah, atas apa yang menyusahkan dan yang menyenangkan.”

Betapa banyak di antara kita yang sakitnya menjadi lebih parah, mengundang stres dan memancing kekecewaan mendalam gara-gara tidak bisa mensyukuri musibah yang ada. Padahal jika kita ikhlas menjalaninya dengan cara bersyukur, mungkin masalahnya akan terasa lebih mudah dan ringan. Namun jika kita tidak bersyukur saat menerima musibah, masalahnya mungkin akan terus membengkak dan membuat hidup kita semakin terpuruk.

Saatnya kita untuk melatih rasa bersyukur lebih banyak agar kita tidak menjadi orang-orang yang kufur akan nikmat yang begitu banyak kita terima. Barangkali kita baru merasakan nikmatnya sesuatu tatkala kita kehilangannya. Dengan kekuatan syukur, memiliki dan kehilangan bukanlah masalah yang besar.

Bersyukur bagi kita sangatlah penting karena beberapa alasan. Antara lain dengan bersyukur membuat hati dan pikiran kita terbuka menerima karunia dalam kehidupan, selalu mengingatkan semua karunia saat menerima anugerah, dan dengan bersyukur akan mampu menghadapi masalah secara proporsional. Sebabnya, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan di balik masalah terdapat hikmah yang tersembunyi.

Dengan bersyukur juga bisa menjadi alat kontrol diri kita agar tidak bersikap berlebihan saat menerima anugerah atau musibah. Rasa syukur merupakan kekuatan luar biasa yang bisa menghilangkan dan mengatasi masalah dalam setiap keadaan.

Tak heran jika Allah SWT menjadikan orang yang bersyukur sebagai manusia pilihan yang teristimewa. Hal ini bisa kita simak dari firman-Nya yang telah memuji Nabi Nuh a.s: “Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba Allah yang banyak bersyukur.” (QS. Al-Isra’: 3)

Kehidupan kita akan bahagia atau menderita, itu tergantung pada cara pandang dan pikiran kita. Melalui cara bersyukur kita akan menemukan apa yang kita cari.

Apabila pikiran kita selalu mencari apa yang indah dari setiap musibah lalu mensyukurinya maka keindahan yang akan kita dapati. Itu sebabnya, rasa syukur dibutuhkan untuk menerima dan memandang indah setiap peristiwa dalam perjalanan hidup kita. Syukur-syukur dengan bersyukur kita dapat mengubah musibah menjadi anugerah.

Memang tidak gampang menghadirkan rasa syukur saat mendapatkan musibah. Untuk itu, ada baiknya kita merenungi petuah Syuraih al-Qadhi. Kata beliau, bagi kita yang mendapatkan suatu musibah hendaknya membandingkan dengan musibah orang lain yang lebih berat. Juga membandingkan antara sedikitnya sesuatu yang hilang dari kita (seperti kesehatan, harta, jabatan, keturunan dan lain sebagainya) dengan banyaknya nikmat yang masih Allah SWT sisakan buat kita.

Ketika ditanya rahasia sikapnya yang selalu bersyukur meski tertimpa musibah, al-Qadhi berujar, “Saat musibah menimpaku, aku bersyukur kepada Allah empat kali: aku bersyukur karena musibah yang lebih besar tidak menimpaku, aku bersyukur karena Allah masih memberiku kesabaran menghadapinya, aku bersyukur karena Allah memberiku petunjuk untuk mengucapkan istirja’ (inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun), dengannya aku mengharapkan pahala, dan aku bersyukur karena musibah tidak menimpa agamaku.”

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *