Satu Islam Untuk Semua

Monday, 15 May 2023

Benarkah Kesabaran Ada Batasnya?


islamindonesia.id – Secara bahasa, sabar artinya tertahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah sikap menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah, dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan.

Sabar adalah sikap yang mulia. Tidak ada yang sia-sia dari sikap sabar karena ia akan menjadi tameng bagi kekuatan dan keteguhan jiwa.

Orang yang sabar akan menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT. Ia ikhlas menerima ketetapan-Nya dan ridha pada takdir yang dijalaninya.

Kesabaran dapat menuntun setiap Muslim menuju jalan kebahagiaan dan kesempurnaan.

Namun demikian, benarkah kesabaran ada batasnya?

Pada dasarnya, keutamaan sabar tidak hanya sebatas pada perintah agama yang akan diganjar pahala. Namun, ada banyak keistimewaan dan kemuliaan di dalamnya.

Sabar itu tidak ada batasnya. Mereka yang mengatakan sabar ada batasnya, secara tidak langsung berputus asa dari pertolongan Allah SWT. Mereka kalah dan menyerah dengan keadaan yang mungkin menjadi wasilah baginya untuk ditinggikan derajatnya di sisi Allah. Sikap ini tidak menunjukkan akhlak seorang Muslim.

Sebab sejatinya sabar diperlukan dalam berbagai situasi, mulai dari urusan sepele sampai urusan serius. Dalam keadaan emosi yang sedang terguncang atau bergejolak, sabar menjadi satu-satunya pengendali diri yang paling kuat.

Dalam sebuah riwayat, seorang Sahabat Rasul mengaku bisa merasakan kesabaran dengan sebenar-benarnya ketika musibah datang. Menurutnya, tidak ada musibah yang membuat ia putus asa dari rahmat Allah. Baginya, musibah sangatlah ringan. Sebab, ia sudah benar-benar menyelami makna dari perintah Allah tentang sabar dalam menghadapi ujian dan musibah.

Karena itulah dia berkata: “Setiap musibah menimpaku, pasti akan terasa ringan bagiku dalam empat hal: Pertama, untungnya musibah itu lebih besar dari yang sudah ada. Kedua, untungnya musibah yang menimpaku tidak terkait dengan urusan agamaku. Ketiga, untungnya Allah akan mengganti dengan surga atas musibah yang menimpaku ini. Dan keempat, aku masih ingat musibah paling besar dalam hidupku saat kehilangan Rasulullah s.a.w.”

Dari penegasan tersebut, tampak bahwa kesabaran sudah mendarah daging dalam dirinya.

Sekiranya sabar ada batasnya, maka Rasulullah adalah orang pertama yang akan mengeluh atas apa yan menimpanya terhadap gangguan kafir Quraisy.

Namun Rasulullah s.a.w tidak melakukan hal itu. Beliau justru memberikan teladan yang bagi umat Muslim agar senantiasa bersabar dalam menghadapi berbagai macam ujian.

Hingga diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Sungguh menakjubkan perkara seorang Mukmin. Seluruh perkaranya baik baginya. Tidak ada hal seperti ini kecuali hanya pada orang Mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan lantas ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika dia ditimpa kesulitan lantas dia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *