Satu Islam Untuk Semua

Friday, 10 December 2021

Begini Puasa ‘Cara Tiga Nabi’ ala Sufi Ma’ruf al-Karkhi


islamindonesia.id – Tokoh Sufi Ma’ruf al-Karkhi, menurut catatan dalam Tazkirat al-Auliyā’ dan Ṭabaqāt al-Ṣūfiyah memiliki nama lengkap Ma’ruf bin Fairuz. Sementara itu menurut catatan al-Khaṭib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, nama lengkapnya adalah Ma’ruf bin Fairazan.

Ma’ruf al-Karkhi memiliki kuniyah Abu Mahfuz, sementara itu al-Karkhi di belakang namanya dinisbatkan pada wilayah Karkh, Baghdad.

Tokoh sufi yang satu ini masyhur dengan kezuhudan dan laku prihatinnya. Setiap orang yang berjumpa dengan Ma’ruf al-Karkhi selalu “tabarukan”, minta untuk didoakan.

Ma’ruf al-Karkhi lahir sekitar tahun 750-760 an Masehi atau jika dikonversikan ke Hijriyah sekitar tahun 130-140 an, namun ihwal tahun kematiannya, al-Khaṭib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad mencatat ada tiga pendapat berbeda, ada yang berpendapat 200 H, 201 H, dan 204 H. Namun, yang pasti Ma’ruf al-Karkhi meninggal di sekitaran tahun 200 H.

Salah satu amalan yang rutin dikerjakan Ma’ruf al-Karkhi adalah berpuasa. Suatu ketika, menjelang Ma’ruf al-Karkhi meninggal, ia menderita sakit. Seorang laki-laki yang menjenguk Ma’ruf al-Karkhi lalu menanyakan ihwal puasa yang dijalani Ma’ruf al-Karkhi.

“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” tanya laki-laki itu.

“Puasaku ini sebagaimana puasanya Nabi Isa a.s,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.

“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” tanya laki-laki itu sekali lagi.

“Puasaku ini sebagaimana puasanya Nabi Daud a.s,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.

“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” lagi-lagi lelaki itu menanyakan hal yang sama.

“Puasaku ini sebagaimana puasanya Nabi Muhammad s.a.w,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.

Lelaki yang bertanya itu sepertinya belum puas dengan jawaban Syekh Ma’ruf al-Karkhi. Ia pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama.

“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” tanya laki-laki itu penasaran.

“Aku menjadikan sepanjang hariku berpuasa, namun jika ada orang yang mengajak atau mengundangku makan, maka aku akan makan tanpa mengatakan bahwa aku sedang berpuasa,” pungkas Syekh Ma’ruf al-Karkhi.

Setelah mendapat jawaban itu, lelaki yang bertanya tadi lantas berhenti bertanya.

Pada kisah yang lain al-Khaṭib al-Baghdadi menceritakan dalam catatannya di Tarikh Baghdad, bahwa suatu hari Ma’ruf al-Karkhi sedang dalam perjalanan dan ia pun sedang dalam keadaan berpuasa Sunah, namun di tengah perjalanan tiba-tiba ada orang dermawan yang menyedekahkan air. Orang dermawan itu lalu berdoa, semoga yang meminum air ini mendapat rahmat dari Allah.

Doa itu pun didengar Ma’ruf al-Karkhi, ia pun segera membatalkan puasanya dengan air dari orang dermawan itu dan Ma’ruf al-Karkhi berharap mendapat rahmat Allah dari air yang ia minum.

Dari sekelumit kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa penghormatan kepada kebaikan sesama ternyata tak kalah pentingnya dari amalan ibadah puasa demi meraih keridhaan Allah SWT.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *