Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 11 June 2023

Banyak Manusia Merasa Lebih Mulia karena Jabatan dan Harta


islamindonesia.id – Banyak yang merasa bangga dan jemawa karena berpangkat dan berharta dengan meyakini dirinya adalah manusia paling disayang Tuhan. Pun ada yang merasa hina serta terhina bahkan tak disayang Allah karena keterpurukan dirinya dalam hal harta, yakni pada saat kondisinya jatuh miskin. Benarkah sayang dan benci Allah serta mulia dan hina bisa diukur dengan kepemilikan jabatan dan harta?

Salah seorang ulama sepuh menyatakan: “Dimanjanya dirimu dengan tumpukan harta belum pasti berarti dirimu disayang Allah. Terbatasnya kepemilikan dirimu akan harta pun tak mesti bermakna dirimu dibenci Allah. Sayang dan cinta Allah kepadamu ditentukan oleh kesesuaian kepemilikan hartamu dan penggunaannya dengan syariat Allah.”

Bila benar bahwa orang yang disayang dan dimuliakan Allah harus diukur dengan kepemilikan harta, maka tak mungkin ada satupun nabi yang hidup dalam kemiskinan. Kalaulah orang yang hina dan dihinakan itu adalah mereka yang miskin, maka tak akan ada orang kaya yang dihina dan dicaci maki banyak orang.

Mari kita jujur pada fakta. Begitu banyak orang miskin yang kemuliaannya dicatat dalam sejarah dan dijamin oleh Rasulullah sebagai manusia surga. Pun begitu banyak orang kaya yang dihinakan dalam Alquran serta dicemooh di tengah-tengah masyarakat.

Begitulah, manusia itu kebanyakan picik. Mereka pikir jika lebih kaya dari yang lain lalu congkak, dan yang lebih parah lagi kemudian seenaknya berbuat aniaya atau zalim terhadap yang lain.

Sekali lagi, jika kekayaan adalah anugerah tertinggi, maka semua nabi akan kaya semua. Nyatanya tidak. Hanya Nabi Sulaiman dan Nabi Daud saja yang super kaya. Itupun Nabi Sulaiman langsung minta ampun saat dirinya mencoba memberi makan semua makhluk di bumi dengan hartanya, yang ternyata kurang walau hanya untuk memberi makan mereka hanya sehari saja. 

Itulah ibrah bahwa manusia hanya diberikan sedikit kekayaan dari yang Mahakaya.

Agar bisa menjadi orang mulia, kita mesti selalu mengedepankan akhlakul karimah daripada jabatan dan harta. Karena pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk yang mulia, namun kemuliaan tersebut diukur dari kemuliaan akhlaknya.

Mengapa Iblis dikeluarkan dari surga, padahal sebelumnya iblis merupakan makhluk Allah yang taat? Hal itu terjadi akibat adanya kesombongan, sehingga iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam karena dia merasa lebih mulia dari Nabi Adam.

Sombong adalah penyakit manusia, jika itu ada pada diri ulama, habib atau siapa pun itu, maka martabatnya bisa jatuh, sama seperti iblis yang merasa paling mulia.

Dengan demikian, orang-orang yang memiliki jabatan yang tinggi dan harta berlimpah, namun tidak dibarengi dengan akhlak yang baik, maka mereka akan menjadi manusia yang hina.  

Betapa pentingnya bagi kita agar tetap mengendepankan akhlakul karimah. Apalagi jika kita bukan pejabat, bukan orang kaya, kemudian masih ditambah lagi dengan akhlak kita yang buruk, maka apa lagi yang bisa diandalkan untuk bekal di hadapan Allah SWT kelak?

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *