Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 13 September 2022

4 Sebab Dosa Kecil Bisa Berubah Jadi Dosa Besar


islamindonesia.id – Berkenaan dengan jenis dosa, dalam Islam ada yang disebut dengan dosa besar dan ada pula yang disebut dengan dosa kecil. Namun demikian, perlu diketahui bahwa dosa kecil pun bisa berubah menjadi dosa besar, jika dilakukan dengan beberapa sebab sebagai berikut.

1. Jika dosa kecil tersebut sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan terus-menerus.

Terdapat sebuah hadis yang menyebutkan, “Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun kepada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus.”

Secara sederhana, maksud dari hadis tersebut adalah: apabila dosa besar sudah ditaubati salah satunya dengan istighfar, maka janganlah diikuti dengan dosa lainnya yang semisal, begitu pula janganlah diteruskan dengan dosa-dosa kecil.

2. Jika seorang hamba menganggap remeh dosa tersebut.

Betapa pun kecilnya suatu dosa, bila pelakunya meremehkannya, maka bisa jadi akan menjadi dosa besar di mata Allah. Sebaliknya, jika seorang hamba menganggap besar suatu dosa, maka dosa itu akan kecil di sisi Allah. Di antara sebabnya adalah, bila seseorang mengganggap besar suatu dosa, maka ia akan segera lari dari dosa tersebut dan benar-benar akan membenci dan menjauhinya.

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya seorang Mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.”

Anas bin Malik mengatakan, “Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi s.a.w menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.”

Bilal bin Sa’ad, “Janganlah engkau melihat kecilnya suatu dosa, namun hendaklah engkau melihat siapa yang engkau durhakai.”

3. Jika si pelaku memamerkan dosa-dosa tersebut.

Rasulullah s.a.w bersabda, “Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang melakukan jahr. Di antara bentuk melakukan jahr adalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –padahal telah Allah tutupi- namun ia sendiri yang bercerita, ‘Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu’. Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang membuka aib-aibnya yang telah Allah tutup.”

4. Jika dosa tersebut dilakukan oleh seorang alim yang menjadi panutan umat.

Rasulullah s.a.w bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.”

Itulah sebabnya mengapa seorang alim yang menjadi panutan bagi manusia lain, hendaknya meninggalkan dosa-dosa dan menyembunyikan dosanya jika ia terlanjur melakukannya.

Sebagaimana dosa seorang alim bisa berlipat-lipat jika ada yang mengikuti melakukan dosa tersebut, maka begitu pula dengan kebaikan yang ia lakukan. Jika kebaikan tersebut diikuti orang lain, maka pahalanya akan semakin berlipat untuknya.

Rasulullah s.a.w bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh.”

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *