Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 15 August 2023

4 Bentuk Sangka Baik Hamba kepada Tuhannya


islamindonesia.id – Husnuzan adalah salah satu sifat terpuji yang wajib dimiliki oleh semua umat Muslim. 

“Kita sebagai umat muslim memiliki kewajiban untuk selalu husnuzan kepada Allah SWT”. Dari pernyataan itu, ada dua hal yang perlu kita ketahui. Pertama, apa itu husnuzan? Kedua, kenapa kita harus selalu husnuzan kepada Allah SWT?

Dalam bahasa Arab, “husnu” memiliki arti baik, sementara “az-zan” berarti prasangka. Sehingga dari kedua kata tersebut, “husnuzan” dapat diartikan dengan berprasangka baik’.

Sedangkan secara istilah, husnuzan adalah sikap serta cara pandang yang menyebabkan seseorang melihat sesuatu secara positif dan dibekali dengan hati yang bersih, serta tindakan yang lurus.

Dari beberapa pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa jika kita umat Muslim selalu husnuzan, maka insya Allah akan mendapatkan kehidupan yang lebih indah, damai, dan lebih bermakna.

Perintah untuk selalu berhuznuzan juga tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 12: “Wahai, orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka. Sesungguhnya, sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada sebagian kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat Lagi Maha Penyayang.”

Berdasarkan surah tersebut dapat kita pahami bahwa sebagai umat Muslim yang beriman kepada Allah, kita wajib menjauhi prasangka buruk, baik terhadap Allah, kepada diri sendiri serta kepada orang lain.

Husnuzan kepada Allah sendiri dapat terbagi menjadi empat bentuk berikut:

1. Husnuzan dalam ketaatan kepada Allah

Husnuzan dalam ketaatan kepada Allah harus menjadi hal utama yang tertanam pada perasaan dan pikiran manusia. Meskipun hati manusia belum bisa merasakan kebenaran peraturan atau ketetapan Allah, dan pikiran manusia terkadang melihat ada hal lain yang lebih baik menurut pendapat manusia, sebagai Muslim yang baik tidak ada sikap yang akan diambil selain “sami’na waata’na’, yang artinya ‘Kami dengar perintah-Mu ya Allah, dan kami taat’.

Apa pun yang diturunkan Allah kepada manusia pasti merupakan aturan yang terbaik untuk dijalaninya. Pasti ada hikmah besar di balik semua aturan yang Allah turunkan untuk manusia. Meskipun keterbatasan pikiran dan perasaan manusia belum bisa melihatnya.

2. Husnuzan dalam nikmat Allah

Allah akan memberikan nikmat kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Nikmat itu dapat berupa harta, kesehatan, kesempatan, dan masih banyak lagi. Allah memberikan nikmat kepada manusia dengan maksud dan tujuan tertentu.

Husnuzan kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan, dapat diwujudkan dengan memperbanyak syukur dan merenungkan apa sebenarnya maksud Allah memberikan nikmat tersebut kepada manusia.

3. Husnuzan dalam menghadapi ujian dari Allah

Dalam keadaan tertimpa ujian dan musibah, manusia seharusnya makin mempertebal rasa husnuzan kepada Allah, karena semua yang dialami dalam kehidupan manusia, pasti memiliki hikmah yang besar nantinya.

Caranya agar kita berprasangka baik di saat menerima ujian atau cobaan dari Allah yaitu dengan bersabar dan selalu yakin ini adalah hal terbaik yang diberikan Allah untuk hamba-Nya.

Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah s.a.w bersabda: “Allah berfirman sebagai berikut: ‘Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan’.” (HR.Tabrani dan Ibnu Hibban)

4. Husnuzan dalam melihat ciptaan Allah

Setiap makhluk yang diciptakan Allah pasti memiliki maksud dan tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan di bumi ini.

Husnuzan kepada Allah dalam hal ini ditunjukkan dengan meyakini bahwa tidak ada satu pun yang menjadi sia-sia dalam ciptaan Allah. Misalnya Allah menciptakan makhluk rupa hewan membawa penyakit, maka akan muncul pertanyaan kenapa makhluk tersebut harus diciptakan? Padahal akan banyak manusia yang sakit bahkan meninggal karenanya. Maka dari itu kita harus memahami bahwa semua ciptaan Allah tersebut tetap ada tujuannya, yaitu agar manusia lebih berhati-hati, dan lebih bersih. Sehingga dengan menanamkan sikap ini, manusia akan lebih memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya dengan penuh penghormatan kepada Sang Pencipta.

Itulah sebabnya, dalam kondisi bagaimanapun kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah, walau terkadang kita merasa tidak suka dan bahkan marah dengan ketetapan Allah yang mungkin tidak sesuai dengan harapan kita. Karena pada dasarnya manusia tidak akan pernah tahu bahwa dalam setiap ketetapan atau kejadian yang ada dalam kehidupan kita akan selalu terdapat hikmah yang Allah berikan di baliknya.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *