Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 27 February 2019

10 Tanda Hati Rusak dan Telah Mati


islamindonesia.id –10 Tanda Hati Rusak dan Telah Mati

 

Ada sebuah hadis Nabi yang sangat dikenal di tengah kaum Muslimin mengingatkan: “Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis ini bisa dimaknai dalam dua sudut pandang. Pertama, secara jasmani. Secara lahiriah, Nabi Muhammad Saw berpesan tentang betapa vitalnya fungsi hati atau jantung (bahasa Arab: qalb) dalam tubuh manusia. Jantung punya fungsi utama memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Jantung bertugas pula menyalurkan nutrisi ke seluruh tubuh dan membuang sisa metabolisme tubuh. Jantung yang normal adalah pangkal jasmani yang sehat. Sebaliknya, ketika jantung mengalami gangguan, maka terganggu pula kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Kedua, secara rohani. Istilah qalb dimaknai sebagai apa yang sering kita sebut dengan “hati”. Hati memang tak kasat mata tapi pengaruhnya kepada setiap gerak-gerik manusia amat menentukan. Ia tempat berpangkalnya niat. Tulus atau tidak, jujur atau pura-pura, lebih sering hanya diketahui oleh Allah dan pemilik hati sendiri. Dalam Islam, hati merupakan sesuatu yang paling pokok. Ibarat jantung, rusaknya hati berarti rusaknya tiap perilaku manusia secara keseluruhan. Maksud dari hadis Rasulullah tentu lebih pada pemaknaan yang kedua ini.

Lalu bagaimana cara sederhana mengenali hati yang rusak atau telah mati? Ada setidaknya 10 pertanda. Apa saja?

Pertama: kita telah mengenal Allah akan tetapi kita tidak memberikan hak-Nya.

Kedua: kita menganggap telah mencintai Rasulullah saw kemudian kita meninggalkan Sunahnya.

Ketiga: kita membaca al-Quran akan tetapi kita tidak mengamalkannya.

Keempat: kita telah menikmati segala karunia nikmat-nikmat dari Allah swt akan tetapi kita tidak mensyukuri-Nya.

Kelima: kita berkata bahwa setan adalah musuh kita akan tetapi kita bersepakat dengannya dalam beberapa pekerjaan.

Keenam: kita berkata bahwa surga adalah sesuatu yang benar adanya akan tetapi kita tidak berusaha untuk sampai kesana.

Ketujuh: kita berkata bahwa neraka adalah benar adanya akan tetapi kita tidak berusaha untuk menjauh darinya.

Kedelapan: kita mengetahui bahwa kematian adalah pasti terjadi akan tetapi kita tidak mempersiapkan diri untuknya.

Kesembilan: kita tersibukkan dengan aib orang lain dan kita lupa akan aib kita sendiri.

Kesepuluh: orang-orang yang telah meninggal dari kalangan kita, kita sendiri yang menguburkannya akan tetapi kita tidak mengambil pelajaran darinya.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *