Satu Islam Untuk Semua

Monday, 20 June 2022

Kolom Haidar Bagir: Panduan Mengambil Sikap dalam Keadaan Fitnah (Kekacauan)


islamindonesia.id – Kolom Haidar Bagir: Panduan Mengambil Sikap dalam Keadaan Fitnah (Kekacauan)

Panduan Mengambil Sikap dalam Keadaan Fitnah (Kekacauan)

Oleh Haidar Bagir | Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta

Dalam Surah Al-Kahf, ayat 10, Allah berfirman:

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“(Ingatlah) tatkala para pemuda (ash-habul-Kahfi- HB) itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: ‘Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).’.”

Lalu Allah menidurkan mereka selama ratusan tahun, untuk menyelamatkan/menonaktifkan para pemuda itu dari fitnah zamannya.

Bersama beberapa hadis dan atsar, yang akan disampaikan di bawah, inilah panduan bagi kita untuk mengambil sikap dalam situasi fitnah (kekacauan, dusta/hoaks, dan konflik tak berujung-pangkal di mana-mana).

Di bawah ini adalah dua hadis dari Rasul Saw. dan satu atsar dari Sayidina Ali bin Abi Thalib Ra. yang terkait:

“Jika kau berada di tengah kekacauan (fitnah) dan perselisihan (yang kusut), maka jagalah rumah, keluargamu dan lidahmu, lakukan apa yang ma’ruf dan tinggalkan yang mungkar, lalu uruslah urusanmu sendiri dan tinggalkan (hiruk-pikuk) urusan orang banyak.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)

“Akan terjadi berbagai fitnah (kekacauan dan permusuhan). Pada saat itu, orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan. Orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Barangsiapa yang menceburkan diri ke dalamnya niscaya dia akan ditelan olehnya. Dan barangsiapa yang mendapatkan tempat perlindungan hendaklah dia berlindung dengannya.” (HR. Bukhari)

“Ketika fitnah berkecamuk, jadikanlah dirimu seperti ‘ibnu labun’ (anak unta yang belum berumur dua tahun), karena ia masih belum memiliki punggung yang kuat untuk dapat ditunggangi dan tidak memiliki air susu untuk dapat diperah.” (Sayidina Ali).

Dengan kata lain, jangan menonjolkan (melibatkan) diri di dalamnya dan memilih untuk bersikap low profile/merunduk.

Dan, jangan salah, fitnah itu bukan hanya datang dari musuh-musuh Islam, melainkan dari kalangan kaum (yang mengaku) Muslim sendiri, seperti dikatakan Sayidina Ali dalam kesempatan lain:

“Akan datang kepada manusia suatu masa yang tidak tertinggal dari Al-Qur’an kecuali tulisannya dan dari Islam kecuali namanya. Pada masa itu masjid-masjid dimakmurkan bangunannya sedangkan ia sendiri kosong dari hidayah, orang-orang yang menghuni dan memakmurkannya adalah yang paling jahat di muka bumi. Fitnah bersumber dari mereka dan segala kesalahan kembali kepada mereka.”

Kalau kita tidak hati-hati menahan diri, bisa-bisa kita terjerumus ke dalam suatu keadaan buruk—tergoda dan terjerumus dalam kubangan lumpur fitnah itu—seperti diungkapkan dalam lanjutan nasihat Sayidina Ali ini.

“Orang-orang yang menjadi korban fitnah dan telah bertaubat, akan dipaksa kembali dan orang-orang yang tertinggal di belakang (tidak ikut serta dalam kafilah fitnah) akan dirayu agar bergabung dengannya. Allah berfirman: ‘Demi Dzat-Ku, akan Ku-kirim untuk mereka sebuah fitnah (cobaan) besar yang akan menjadikan orang-orang sabar bingung menentukan sikap.’.”

Semoga Allah menjaga kita semua dari fitnah yang melanda, dan memberi kekuatan untuk menempuh jalan kebaikan, sesuai kapasitas dan kemampuan kita, jauh dari hiruk-pikuk dan kekacauan yang menerpa.[]

PH/IslamIndonesia/Foto utama: beritagar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *