Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 23 May 2020

Kolom Haidar Bagir – Meraih Pahala Ramadan di Sepanjang Tahun


islamindonesia.id – Meraih Pahala Ramadan di Sepanjang Tahun

Meraih Pahala Ramadan di Sepanjang Tahun

Oleh Haidar Bagir | Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta

Di akhir Ramadan ini, sebagaimana di akhir Ramadan-Ramadan sebelumnya, kita selalu berdoa agar Allah ampuni kekurangan-kekurangan ibadah kita di bulan Ramadan, melipatgandakan yang sedikit di antaranya, dan mengaruniai kita lagi pertemuan dengan bulan Ramadan di tahun yang akan datang. Tanpa mengurangi makna doa itu, sesungguhnya kita bisa berupaya untuk mendapatkan pahala Ramadan di bulan-bulan yang lain. Bagaimana caranya?

Selain puasa, keutamaan Ramadan adalah pada adanya Laylatul Qadar di dalamnya. Laylatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang di dalamnya takdir kita ditetapkan. Tapi, menurut tak sedikit  ulama (termasuk Imam Abu Hanifah, Syaikhul Akbar Ibnu Arabi, Imam Syarani, dan Imam Abul Hasan Syadzili), Laylatul Qadar bukan hanya terjadi di bulan Ramadan – meski paling sering terjadi di bulan Ramadan – melainkan berputar di berbagai bulan di sepanjang tahun. Selain yang “pasti” juga terjadi di pertengahan Syaban, Ibnu Arabi menyebut mendapatinya juga di bulan-bulan Rabi.

Di bulan Ramadan juga dikatakan terdapat kesempatan terbesar untuk mendapatkan tajalliy (kehadiran) Allah Swt dalam diri kita melalui amal-amal ibadah wajib dan Sunah di dalamnya. Tapi bulan Rajab juga bulan istimewa dalam hal ini, karena sebagian wali diyakini diangkat oleh Allah menjadi wali di bulan ini, sehingga mereka disebut sebagai Awliya Rajabiyin.

Di bulan puasa ada fasilitas itikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Tapi Nabi saw juga mengajarkan:

“Orang yang paling Allah cintai adalah orang yang paling memberi manfaat kepada sesamanya. Sedangkan amalan yang paling Allah Swt cintai adalah engkau menggembirakan hati seseorang Muslim, atau engkau menghilangkan suatu kesukaran dalam hidupnya, atau engkau melunaskan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya.

“Sungguh aku berjalan bersama (mendampingi/menolong) seorang saudara di yang berhajat lebih aku cintai daripada aku beriktikaf di  masjid ku (Masjid an-Nabawi) ini selama sebulan penuh.” (HR. Ath-Thabrani).

Akhirnya, pernah pula Rasul saw mengajarkan:

“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya dari salat dan puasa? Yaitu engkau damaikan orang-orang yang bertengkar….” (HR Bukhari Muslim)

Masih terdapat hadis-hadis lain yang sejalan, yang menyebutkan bahwa menyantuni janda-janda dan fakir miskin, juga mencari ilmu adalah lebih utama ketimbang salat dan puasa. Tentu saja kita tidak bisa  menyalahkan orang yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah salat dan puasa Sunah.

Tapi hendaknya kita tak boleh lupa, bahwa hadis-hadis itu tetap saja menunjukkan bahwa amal-amal saleh itu lebih baik dari salat dan puasa (Sunah). Bukan itu saja, sebagian menyamakannya dengan berjihad di jalan Allah (HR Bukhari-Muslim).

Bahkan, dalam hal mencari ilmu, dikatakan bahwa mencari ilmu sesaat dikatakan lebih baik daripada salat sepanjang malam, sedang melakukannya sehari lebih baik daripada puasa tiga bulan penuh.

Hal ini, kalau pun tak menjadikannya sama dengan pahala Ramadan, menggembirakan kita bahwa kita bisa meraih pahala Ramadan – atau setidaknya sesuatu yang dekat dengan itu – di bulan-bulan lain di sepanjang tahun, jika kita mau.

Mari tetap berdoa agar kita masih dipertemukan dengan Ramadan tahun depan, tapi mari juga kita Ramadankan semua bulan dengan amal-amal saleh yang ikhlas, yang akan memberi kesempatan kepada kita untuk beribadah Ramadan sepanjang tahun. Wal Laah al-Musta’aan. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Mizan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *