Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 22 July 2020

Kolom Haidar Bagir: Meraih Husnul Khaatimah dan Kemenangan Dalam Hisab itu Tidak Sulit


islamindonesia.id – Kolom Haidar Bagir: Meraih Husnul Khaatimah dan Kemenangan Dalam Hisab itu Tidak Sulit

Meraih Husnul Khaatimah dan Kemenangan Dalam Hisab itu Tidak Sulit

Oleh Haidar Bagir | Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta

Tak sedikit di antara kita yang takut mati. Dan ini bukanlah hal yang buruk. Allah Swt sendiri selalu memperingatkan kita akan kematian dan kekuatan-Nya untuk memutus seluruh peluang berbuat baik bagi manusia.

Dan bahwa hendaknya kita meraih husnul khaatimah (akhir/kematian yang baik), serta kemenangan dalam hisab-Nya atas diri kita di Hari Kiamat kelak. Agar jangan sampai, saat kita mati, kita mati dalam keadaan belum cukup mengumpulkan bekal pahala, apalagi dalam keadaan kita berkubang dalam amal-amal buruk kita.

Sehingga, pada akhirnya, saat dihisab, timbangan kebaikan kita dapat lebih berat dibanding timbangan keburukan kita. Sehingga jika demikian halnya, tak urung siksa neraka menunggu kita. Wal-‘iyaadzu bil-Laah…

Tapi ketakutan kita itu hendaknya tidak membuat kita putus asa dan kehilangan harapan akan rahmat (kasih-sayang) Allah Swt. Allah berfirman:

 إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ

“Sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.” (QS Yusuf [12]: 87)

Kenyataannya bukan saja Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, Dia adalah Yang Maha Dermawan. Dia sangat berhati-hati dalam mengganjar dosa orang-orang, dan sangat “boros” dalam memberi pahala.

Lebih dari itu, keburukan orang pun oleh Allah bisa dikonversi menjadi kebaikan. Di bawah ini penjelasannya.

Pertama, Allah mengganjar amal-amal baik kita sepuluh kali lipat, dan membalas keburukan kita hanya dengan yang setimpal dengannya:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Siapa yang berbuat amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS al-An’am [6]: 160)

Kedua, meski kita banyak melakukan keburukan sebelumnya, asal kita taubat, Allah mengampuni semua dosa kita:

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah (wahai Muhammad firman-Ku ini), wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri-diri mereka janganlah kalian berputus asa terhadap rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa seluruhnya, sesungguhnya Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-Zumar [39]: 53).

Ketiga, bukan hanya itu. Jika orang-orang yang berdosa ini telah menumpuk dosa sebelumnya, maka jika mereka bertaubat dan beramal saleh, Allah akan mengubah tumpukan dosanya menjadi kebaikan:

 مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“…. orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Furqan [25]: 70).

Sementara amal-amal baik mereka akan tetap lestari:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan saleh yang lestari (al-baqiyat ash-shalihat) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk diharapkan.” (QS al-Kahfi: 46)

Selain itu, Nabi mengajarkan adanya amal-amal jariyah yang pahalanya terus bersambung sampai kapan pun meski pelakunya sudah mati. Kata Nabi saw:

“Jika manusia mati, maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali tiga: (1) sedekah jariyah (yang manfaatnya berlanjut, bergulir sampai kapan pun), (2) ilmu yang bermanfaat (bagi orang lain sampai kapan pun), (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)

Apa artinya?

Artinya, selama ketiga amal itu – yakni, selama anak (cucu) kita masih mendoakan kita, ilmu kita masih memberikan manfaat, dan sedekah kita manfaatnya berketerusan – kita akan terus menumpuk pahala, sampai kiamat. Betapa dermawannya Allah Swt dan, jika demikian, berapa banyak pahala kita yang akan tertumpuk saat kita kelak dibangkitkan di Hari Kiamat dan dihisab oleh Allah Swt?

Mungkin akan ada yang bilang bahwa, selain amal jariyah, ada juga keburukan jariyah. Yakni amal buruk kita yang kerugian yang ditimbulkannya berketerusan meski kita telah mati. Sehingga dosa kita pun menjadi berketerusan juga. Kalau pun hal ini benar, maka mari kita ingat kembali ayat yang saya kutip di atas:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Siapa yang berbuat amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS al-An’am [6]: 160)

Artinya, tetap saja tumpukan amalan kebaikan jariyah kita akan jauh lebih besar dari keburukan jariyah kita. Amalan kebaikan jariyah kita akan bertambah secara deret ukur – berkoefisien sepuluh, sedang amal keburukan jariyah kita akan bertambah secara deret hitung biasa.

Sehingga, dengan kedermawanan Allah Swt itu, sesungguhnya tak sulit bagi kita untuk menjadikan timbangan amal kita lebih berat dari timbangan amal buruk kita.

Semoga Allah Swt mengaruniai kita kekuatan bertaubat setelah dosa-dosa kita dan kekuatan beramal shalih setelah amal-amal buruk kita, sehingga kita bisa meraih husnul khaatimah dan kemenangan dalam hisab-Nya atas diri kita di Hari Kiamat nanti. WalLaahul Musta’aan… []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Gana Islamika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *