Satu Islam Untuk Semua

Monday, 25 May 2020

Kolom Haidar Bagir – “Bak Isa Lahir dari Maryam” Idul Fitri sebagai Awal Perbaikan Diri


islamindonesia.id – “Bak Isa Lahir dari Maryam”, Idul Fitri sebagai Awal Perbaikan Diri

“Bak Isa Lahir dari Maryam” Idul Fitri sebagai Awal Perbaikan Diri

Oleh Haidar Bagir | Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta

Wahai jiwa, tak perlu berputus

asa sebab harapan telah datang

Harapan bagi seluruh jiwa,

telah sampai dari kegaiban

Tak perlu bersedih, meskipun

dirimu telah kehilangan

Maryam

Sebab cahaya Isa telah datang

mengitari

Wahai jiwa, tak perlu bersedih

dalam kegelapan penjara ini

Sebab Raja telah

mengeluarkan Yusuf dari

penjara

Sebagaimana Yaqub telah

keluar dari hijab

ketersembunyiannya

Dan juga Zulaikha telah

merobek tirai Yusuf

Duhai yang puasamu dari

singgasana yang tinggi

Berbahagialah, berbahagialah,

Sebab Eid telah datang

Puisi Rumi di atas berbicara tentang Idul Fitri yang lahir dari Ramadan, “Bak Isa AS Lahir dari Bunda Maryam AS”.

Sedih bulan Ramadan usai, tak lantas tak boleh gembira lebaran tiba. Bulan Ramadan itu karunia Allah, lebaran juga. Bersedih perlu agar terdorong melestarikan hasil latihan kita di bulan Ramadan. Gembira adalah ungkapan syukur sudah bisa puasa sebulan penuh untuk belajar jadi manusia yang lebih baik.

Bukankah keburukan pun oleh Allah Swt dapat dikonversi jadi tabungan kebaikan asal taubat?

“…. orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; kejahatan mereka akan diubah /dikonversikan Allah menjadi kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS Al-Furqan [25] :70-71)

Kalau keburukan saja oleh Allah bisa dikonversi dan dijadikan tabungan kebaikan kita, apalagi amal shalih? Sekecil apa pun tak mungkin dilupakan/dihapus sama Allah Swt. Optimis dan ber-husnuzh-zhann saja, ibadah puasa kita, setaksempurna apa pun, pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah, dan kekurangannya akan diampuni.

Ibadah puasa (atau haji) yang ditolak adalah yang dari niatnya sudah bukan karena Allah. Selama niatnya karena Allah, insya Allah setaksempurna apa pun kualitasnya – karena masih penuh kelalaian – tetap diterima-Nya dan kelalaiannya diampuni. Sebab niat-ikhlasnya telah meliputinya dengan kebaikan.

Sebagai ilustrasi, Imam Ghazali, setelah mengatakan keharusan khusyuk dalam salat, menyatakan bahwa kalau kita tidak bisa khusyuk sepanjang salat, setidaknya kita khusyuk saat takbiratul ihram (yakni di awal salat, sebagai rangkaian pernyataan niat salat).

Semoga Allah mengikhlaskan niat kita, melipatgandakan pahala ibadah puasa kita mengampuni ketaksempurnaanya. Dan mari berkah bulan Ramadan itu kita jadikan modal untuk memperbaiki diri di masa-masa sebelas bulan mendatang.[]

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Bonardo Maulana Wahono/beritagar.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *