Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 05 January 2022

Kolom Haidar Bagir Alhabsyi: Apa itu Siksa Neraka?


islamindonesia.id – Kolom Haidar Bagir Alhabsyi: Apa itu Siksa Neraka?

Apa itu Siksa Neraka?

Oleh Haidar Bagir Alhabsyi | Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta

Dalam Bahasa Inggris, siksa (di akhirat) disebut “torment”. Meski “torture” kadang dipakai untuk menggambarkan siksaan yang muncul dari dalam diri – akibat rasa bersalah atau penyesalan, misalnya – adalah “torment” istilah yang bermakna perasaaan tersiksa (secara batin) akibat kesalahan kita sendiri.

Kata siksa itu sendiri berasal dari bahasa Sanskrit “siksha”, yang berarti pelajaran – yang harus dialami seseorang sebagai konsekuensi kesalahan yang diperbuatnya.

Nah, azab di akhirat sesungguhnya tidak lain dan tidak bukan adalah derita (batin) akibat kesalahan kita sendiri, suatu konsekuensi kausal (sebab-akibat) dan natural (logis) yang tidak bisa tidak harus kita alami akibat perbuatan kita sendiri. Dan, pada saat yang sama, siksa memiliki sifat sebagai pelajaran yang, jika kita ambil hikmahnya, akan menjadikan kita lebih baik, sehingga terhindar dari berbuat kesalahan  yang sama serta menjadi lebih sempurna di waktu belakangan.

Maka, dalam Islam, siksa disebut “adzab”. Di satu sisi dia bermakna siksa yang membuat kita menderita tapi, di sisi lain, dia bersifat ‘adziib – suatu kata yang berakar pada tiga huruf yang sama: ‘ayn, dzal, ba’ – yang bermakna sesuatu yang (manis dan) menyegarkan (dalam Alquran kata ini dipakai untuk menggambarkan bagian dari laut yang airnya, bukannya terasa asin, malah manis dan menyegarkan).

وَمَا يَسْتَوِى الْبَحْرٰنِۖ هٰذَا عَذْبٌ

“Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.” (QS Al-Fathir [35]: 12)

Air yang segar dan sedap itu terjemahan dari kata  عذب

Ya, secara material siksa membuat kita menderita, tapi secara teleologis dia pada akhirnya akan mematangkan atau menyempurnakan kita. Sama dengan “naar” (neraka). Memang neraka sebagai api mempunyai sifat panas, tapi betapa pun dia adalah cahaya, yang juga memiliki sifat menolong kita untuk mencari jalan dalam kegelapan.

Ingat kisah Nabi Musa ketika dalam perjalanan ke Bukit Thuwa untuk menerima Ten Commandments (Sepuluh Perintah)?

Ketika melihat api di malam gelap di padang pasir, dia as katakan: “Inni aanastu naaran… dst.” (Sungguh kulihat api di kejauhan). Kata “anaastu” juga bisa berarti “aku merasa nyaman”, mengingat keberadaan api di malam gelap akan bisa menjadi petunjuk.

Memang, akar kata naar dan nuur adalah sama: nun, waw, dan ra’. Jika nur (cahaya) itu dingin, maka naar panas dan (bisa) menyiksa. Demikianlah, tak ada yang datang dari Allah, meskipun itu ‘adzaab dan neraka, yang tidak memiliki tujuan baik atau hikmah pada akhirnya. Inilah esensi sifat Allah “Al-Hakim”, Yang Maha Bersifat Bijaksana.

Karena itu, seperti pendapat Ibnu Taymiyah, tak mungkin siksa di akhirat itu kekal abadi. Karena hal itu bertentangan dengan sifat Al-Hakim Allah Swt. Apa hikmah siksaan, kalau dia tak ada batasnya – tak membawa kebaikan – sedang orangnya kekal abadi dan sampai kapanpun disiksa terus?

By the way, Ibnu Taymiyah bukanlah satu-satunya ulama yang tak percaya pada adanya siksa akhirat kekal abadi, melainkan juga Ibn ‘Arabi, Ruzbihan Baqli, Mulla Sadra (setidaknya dalam salah satu bagian karyanya), dan lain-lain. Hanya saja, memang ada pendapat Mulla Sadra yang bilang bahwa, karena nanti kita akan hidup dengan ruh kita saja – yang sebagai jasad lebih intens/lembut dari jasad badani – maka siksaan di barzakh dan akhirat akan terasa lebih pedih akibat lebih sensitifnya jasad barzakhi dan ruhani kita itu.

Semoga Allah menolong kita untuk bisa terus berusaha menghindarkan diri dari keburukan dan dosa di dunia itu, serta berbuat baik sebanyak-banyaknya, sehingga kita terampuni dan terbebas dari menanggung siksaan yang pedih di barzakh dan akhirat nanti.[]

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Mizan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *