Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 24 September 2020

Haidar Bagir: Apakah Sosmed ini Dajjal?


islamindonesia.id – Haidar Bagir: Apakah Sosmed ini Dajjal?

Haidar Bagir, penulis buku-buku tentang Tasawuf dan Presiden Direktur Penerbit Mizan, dalam beberapa minggu belakangan ini dalam akun Twitternya mengulas tema tentang dampak positif dan negatif sosial media.

Redaksi Islam Indonesia kemudian mencoba untuk merangkaikan twit-twit beliau untuk menjadi sebuah tulisan pendek. Demi kepentingan penyajian redaksi mengedit dan menambahkan keterangan-keterangan seperlunya tanpa mengubah makna sumber tulisan aslinya. Selamat menyimak:

Dalam trailer (cuplikan-red) film dokumenter Netflix (stasiun TV berbasis internet asal Amerika Serikat yang menyiarkan film dan serial TV-red) yang berjudul Social Dilemma, digambarkan tentang dahsyatnya dampak toxic (beracun-red) sosmed (sosial media-red). Jangan-jangan sosmed inilah yang diramalkan sebagai Dajjal?

Dahsyat pengaruhnya untuk manusia tapi bermata cuma satu. Dan jangan-jangan messiah (dalam tradisi agama Samawi sebelum Islam sering diartikan sebagai juru selamat, atau dalam Islam ada juga yang mengartikannya sebagai Imam Mahdi-red) nanti akan melawannya dengan semacam sosmed juga, yang lebih sehat?

Seperti diungkap film Social Dilemma, dan kita semua rasakan, algoritma dan model bisnis sosmed cenderung mengeksploitasi konflik di antara kelompok-kelompok masyarakat.

Meski sudah lama saya renungkan, film Social Dilemma mengonfirmasi kekhawatiran bahwa sosmed – jika tak ada respon yang efektif – punya potensi mendangkalkan cara hidup dan berpikir manusia. Yang sudah tampak tanda-tandanya, minat/daya baca menurun drastis. Lalu,  bagaimana peradaban bisa dirawat?

Dari baca buku, ke website, artikel internet, YouTube, Twitter (masih mending bisa melampirkan artikel), Facebook, Instagram, dan seterusnya, akhirnya TikTok. Mudah-mudahan ini cuma keragaman sumber informasi, bukan evolusi minat baca kita. Otherwise (jika tidak-red), umat manusia sebetulnya sedang bunuh diri pelan-pelan.

Beberapa teman saya pernah menyarankan, supaya follower (pengikut di Twitter-red) saya bertambah lebih cepat, agar saya “meringankan” twit-twit saya. Meski tentu sesekali saya memposting twit-twit ringan, saya merasa harus tetap ada orang-orang yang berupaya memanfatkan sosmed untuk wacana yang lebih mendalam. Tanpa itu, wacana kita akan makin banal saja.

Hal lain yang membuat saya jadi malas bersosmed adalah, kita terus didorong mencari jalan agar lebih dikenal dan punya lebih banyak follower. Apalagi sosmed kan juga alat “jualan”? Sebaik apa pun tujuan akhir kita bersosmed, secara tak sadar kita didorong terus untuk jadi lebih narsistik.

Mari tahan diri dan tak larut. Maksimumkan manfaatnya dengan sedapat mungkin menggunakannya sebagai sarana silaturrahim (silaturahmi-red) dan pencerahan yang penuh adab dan damai.

Nah, demi menjadikan sosmed sumber kebaikan, saya terpikir bikin Masyarakat Islam Cinta di Twitter. Kita saling berbagi info tentang orang-orang yang kesusahan di seluruh negeri, kita sebarkan untuk diupayakan dibantu oleh pihak-pihak yang memungkinkan membantu.

Mari kita manfaatkan juga sosmed untuk menyebarkan info-info tentang buku-buku – juga film, artikel, dan lain-lain – yang bagus, berkualitas, dan punya kedalaman. Agar dengan begitu kita dapat memberikan satu mata lagi kepada peradaban. Dan bersama Sang Messiah, menaklukkan Sang Dajjal yang bernama sosmed ini.[]

PH/IslamIndonesia/Foto ilustrasi: Nong Vang/Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *