Satu Islam Untuk Semua

Friday, 12 April 2024

Tradisi Rumpak-rumpakan Warga Keturunan Arab di Palembang


islamindonesia.id – Warga keturunan Arab di Palembang memiliki tradisi khusus dalam menyambut Hari raya Idulfitri. Tradisi tersebut kerap disebut Rumpak-rumpakan atau tradisi keliling bersilaturahmi ke rumah keluarga atau tetangga pada awal bulan Syawal.

Pada hari pertama Lebaran, masyarakat akan berkeliling ke rumah tokoh agama, lalu dilanjutkan ke rumah kerabat. Tradisi ini pun erat kaitannya dengan pendekatan dakwah dan silaturahmi yang secara turun-temurun diwariskan.

Berikut rangkuman terkait tradisi Rumpak-rumpakan masyarakat Arab Palembang.

  1. Tradisi ini dimulai selepas salat Id

Tradisi ini dimulai pada 1 Syawal selepas prosesi ibadah salat Idulfitri. Masyarakat Arab di kawasan 10 Ilir Palembang kerap melakukan tradisi ini yang dipercaya sudah turun-temurun dilakukan.

Usai semua rangkaian prosesi ibadah, para jemaah akan mulai tradisi mengitari isi musala untuk saling bermaaf-maafan dengan jemaah yang ada, sambil meresapi makna Idulfitri. Setelah bermaafan, para jemaah dihidangkan makanan untuk dimakan bersama-sama.

  1. Tradisi Rumpak-rumpakan tersebut hanya diikuti oleh kaum pria dari berbagai usia selepas salat Id. Usai bermaafan para jemaah tak langsung pulang ke rumah. Mereka akan melakukan yang namanya ”sanjo” atau ’mendatangi rumah warga yang lain’.

Dalam tradisi tersebut, perjalanan ”sanjo” itu akan diiringi dengan musik gambus dan rebana dengan tabuhan khas salawatan untuk memberikan pujian kepada Allah Swt dan Nabi Muhammad saw.

Dalam tradisi ini para jemaah akan mendatangi rumah tokoh yang dituakan terlebih dahulu. Para tuan rumah pun menyiapkan santapan khas lebaran yang bisa dinikmati para jemaah.

  1. Tradisi Rumpak-rumpakan mengajarkan untuk menjaga silaturahmi

Tradisi Rumpak-rumpakan tersebut biasanya digelar sampai H+3 Lebaran. Jika di hari pertama masyarakat mendatangi rumah tokoh agama ataupun masyarakat, maka di hari kedua tradisi ini dilakukan dengan mendatangi rumah yang belum sempat didatangi. Pada hari ketiga, biasanya terdapat warga yang melangsungkan pernikahan.

Tradisi ini pada intinya merupakan ajang silaturahmi dan saling memaafkan. Tradisi ini diikuti oleh semua lapisan masyarakat termasuk mereka yang pergi merantau dan kembali ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *