Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 01 October 2017

Tradisi Bubur Suro dan Buka Luwur Makam Sunan Kudus


islamindonesia.id – Tradisi Bubur Suro dan Buka Luwur Makam Sunan Kudus

 

Hari Asyura yang dirayakan sebagian umat Islam setiap tanggal 10 Muharam terasa meriah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Warga Desa Kauman, Kudus, Jateng misalnya, Jumat (29/9/2017), membawa bubur asyura (bubur Suro) di seputar tempat tinggal mereka untuk dibagikan kepada tetangganya.

Tradisi membagikan bubur Suro itu peninggalan Sunan Kudus untuk mengajarkan sikap saling berbagi kepada sesama. Bubur berbahan dasar delapan bahan pangan, yaitu beras, jagung, kedelai, ketela, kacang tolo, pisang, kacang hijau dan kacang tanah itu hanya dibuat pada bulan Asyura atau bulan Muharam.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengapresiasi masyarakat Kabupaten Kudus dan sekitarnya yang antusias mengikuti tradisi buka luwur di Makam Sunan Kudus. “Tradisinya juga masih berjalan serta kehidupan religiusnya juga terjaga dengan baik,” ujar Gubernur Ganjar seusai mengikuti ritual buka luwur di Makam Sunan Kudus, Jateng, Sabtu (30/9/2017).

Ia juga mengapresiasi peran semua pihak dalam merawat sebuah peninggalan yang memiliki relasi spiritual. “Kami menganggap ini merupakan kehebatan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Tradisi buka luwur atau membuka kain/kelambu penutup makam setiap tahunnya tidak pernah sepi dari kunjungan masyarakat dari berbagai daerah. Mereka memadati kompleks Makam Sunan Kudus guna memperebutkan nasi uyah asem (Jawa) dan nasi jangkrik goreng.

Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap Hari Asyura atau 10 Muharam itu merupakan ritual keagamaan untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus. Ribuan warga rela antre panjang hanya untuk mendapatkan nasi uyah asem serta nasi jangkrik. Nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi buka luwur dipercaya sejumlah masyarakat akan mendatangkan berkah.

Tak heran, hampir sebagian besar warga yang rela antre tersebut selalu hadir di acara buka luwur untuk mendapatkan nasi uyah asem. Meskipun harus berdesak-desakan, mereka tidak mempermasalahkan, karena kondisinya setiap tahun seperti itu.

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan, berkat atau hidangan buka luwur dengan masakan uyah asem dan jangkrik goreng disediakan sebanyak 30.465 bungkus, sedangkan nasi yang dikemas dengan keranjang sebanyak 2.278 bungkus.

Daging dan nasi yang dibagikan tersebut, kata dia, berasal dari masyarakat yang berinisiatif sendiri memberikan bantuan. Selain mendapatkan bantuan uang, panitia buka luwur juga mendapatkan bantuan berupa beras, kerbau, dan kambing serta bumbu-bumbuan.

Beras yang diterima sebanyak 11,5 ton, kerbau 12 ekor dan kambing sebanyak 82 ekor. Jumlah sukarelawan yang dilibatkan untuk memasak, kata dia, mencapai 1.041 orang.

Ia menjelaskan, bahwa penamaan buka luwur dan buka khaul karena kegiatan tersebut bukan untuk memeringati wafatnya Sunan Kudus, melainkan untuk mengenang jasa dan keteladanan Sunan Kudus sebagai tokoh pendiri Kudus yang menyebarkan Islam.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *