Satu Islam Untuk Semua

Friday, 23 November 2018

Ragam Perayaan Maulid Nabi Berbalut Tradisi


islamindonesia.id – Ragam Perayaan Maulid Nabi Berbalut Tradisi

 

Kaum Muslimin di seluruh dunia biasa merayakan hari ulang tahun kelahiran atau maulid Nabi Muhammad setiap tanggal 12 atau 17 Rabiul Awal. Prosesi perayaan itu berbeda antara satu negara dengan negara lain, bahkan berbeda antar daerah di satu negara yang sama, seperti Indonesia, yang di masing-masing daerah memiliki keunikan tersendiri karena adanya keragaman budaya.

Meski demikian, berbagai perayaan Maulid Nabi Muhammad ini sama-sama bertujuan untuk memuliakan Nabi Muhammad SAW dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Berikut ini beberapa perayaan Maulid Nabi berbalut tradisi di berbagai daerah di Indonesia.

Aceh

Warga Panton Ree, Aceh Barat punya tradisi yang cukup unik untuk merayakan Maulid Nabi. Mereka melakukannya dengan berzikir. Bedanya, bila zikir biasa dilakukan sambil duduk, zikir dalam perayaan ulang tahun nabi dilakukan sambil berdiri dan melompat.

Menurut mereka, zikir dengan cara ini merupakan bentuk kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad.

Banyuwangi

Di Banyuwangi dan Bali, hari kelahiran Nabi dirayakan dengan acara Pawai Endog (telur). Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun, sejak Islam diperkenalkan ke Banyuwangi oleh Sunan Giri.

Pada Pawai Endog, ribuan telur rebus dihias, ditusuk menggunakan kayu, lalu ditancapkan ke batang pohon pisang.

Setelah diarak oleh warga, telur rebus tersebut akhirnya menjadi rebutan warga sekitar.

Pawai Endog ini merupakan ekspresi rasa syukur warga terhadap rezeki dari Allah SWT.

Jawa Barat

Maulid Nabi di Cirebon dan Garut Jawa Barat erat kaitannya dengan pusaka peninggalan para wali. Di Cirebon, warga mengarak pusaka-pusaka, sesajen makanan, serta tujuh piring besar dalam ritual yang disebut Panjang Jimat.

Panjang Jimat dibuka dengan arak-arakan yang dibawa ke Keraton.

Sementara itu, di Garut, warga membersihkan pusaka peninggalan Sunan Rahmat Suci dengan air bunga.

Sunan Rahmat Suci adalah tokoh yang berjasa menyebarkan agama Islam di daerah Garut. Acara ini dinamakan upacara Ngalungsur Pusaka.

Madura

Di Madura pesta perayaan Maulid Nabi sudah dimulai sejak 30 hari sebelum 12 Rabiul Awal. Setiap hari warga mengadakan tausiyah di rumah-rumah secara bergiliran. Kemudian tepat pada 12 Rabiul Awal, tausiah akan dilakukan di Masjid Agung.

Para pihak perempuan akan beramai-ramah membawa tumpeng nasi ke Masjid Agung. Selesai acara tausiyah, warga mengelilingi tumpeng sambil makan bersama.

Padang

Kelahiran Nabi Muhammad di Padang dirayakan dengan tradisi unik, yang diberi nama Bungo Lado. Bungo Lado adalah pohon-pohon hias yang rantingnya ditempel berbagai uang kertas.

Uang kertas ini merupakan hasil dari donasi para warga untuk di berikan kepada masjid atau mushala sekitar. Uang tersebut nantinya digunakan untuk memangun atau memperbaiki masjid.

Sumbangan uang Bungo Lando adalah sebuah wujud rasa syukur warga atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Yogyakarta

Warga Yogya memiliki acara Grebeg Maulud yang digelar hampir setiap tahun saat bertepatan dengan hari kelahiran Nabi. Grebeg Maulud ini merupakan upacara puncak dari perayaan Sekaten yang ditandai dengan keluarnya beberapa gunungan, yang kemudian menjadi acara utama, yakni kirab tujuh gunungan.

Tujuh Gunungan yang disiapkan yakni, Gunungan Putri, Kakung, Darat, Gepak, Pawuhan dan Gunungan Bromo.

Bagian-bagian dari gunungan ini dipercaya akan memperkuat tekad dan memiliki daya tuah, terutama bagi kaum petani.

Mereka akan menanamnya di lahan persawahan untuk memperkuat doa agar lahannya menjadi subur dan terhindar dari berbagai hama perusak tanaman.

Solo

Seperti halnya Yogya, puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di Solo diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud juga. Puncak dari upacara ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masjid Agung Solo. Setelah itu diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagian gunungan juga dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan cara diperebutkan.

Sulawesi Selatan

Hampir menyerupai Grebeg Maulud di Yogyakarta, warga Cikonang, Sulawesi Selatan punya tradisi yang dinamakan Maudu Lampoa. Tradisi Maulud Nabi ini dirayakan selama 40 hari.

Di awal perayaan warga menggelar acara mandi bersama yang dipimpin para tetua atau sesepuh desa.

Tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal, seluruh warga Cikoang melakukan iring-iringan sambil membawa julung-julungan.

Julung-julung ini diisi telur hias, ayam, beras setengah matang, beras ketan, mukena, kain khas Sulawesi. Di akhir acara julung-julungan ini akan diperebutkan oleh warga sekitar.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *