Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 11 November 2020

Puisi Gus Mus: Di Taman Pahlawan


islamindonesia.id – Puisi Gus Mus: Di Taman Pahlawan

Pada Senin (9/11), yaitu sehari sebelum Hari Pahlawan Nasional, Gus Mus membacakan puisi yang berjudul Di Taman Pahlawan, sebagaimana dapat dilihat dalam saluran YouTube GusMus Channel.

Ienas Tsuroiya, putri Gus Mus, di dalam akun Twitter-nya (10/11) mengatakan bahwa puisi tersebut dibuat oleh ayahnya di masa Orde Baru, yaitu ketika Presiden Soeharto berkuasa, atau pada tahun 1414 H yang bertepatan dengan tahun 1993/1994 M.

Beberapa bait puisi tersebut membicarakan tentang Marsinah, aktivis buruh yang dibunuh pada masa Orde Baru dengan penyiksaan berat. Misteri yang menyeliputi seputar kematiannya bahkan masih belum terungkap sampai sekarang.  

Puisi lengkap dari Gus Mus tersebut dapat disimak di bawah ini:

Di Taman Pahlawan

Di Taman Pahlawan beberapa pahlawan sedang berbincang-bincang tentang keberanian dan perjuangan.

Mereka bertanya-tanya apakah ada yang mewariskan semangat perjuangan dan pembelaan kepada yang ditinggalkan?

Ataukah patriotisme dan keberanian di zaman pembangunan ini sudah tinggal menjadi dongeng dan slogan?

Banyak sekali tokoh di situ yang diam-diam ikut mendengarkan dengan perasaan malu dan sungkan.

Tokoh-tokoh ini menyesali pihak-pihak yang membawa mereka kemari ke Taman Pahlawan ini karena menyangka mereka juga pejuang-pejuang pemberani.

Lalu menyesali diri mereka sendiri yang dulu terlalu baik memerankan tokoh-tokoh gagah berani tanpa mengindahkan nurani.

Bunga-bunga yang setiap kali ditaburkan justru membuat mereka lebih tertekan.

“Apakah ini yang namanya siksa kubur?” tanya seseorang di antara mereka yang dulu terkenal takabur.

“Tapi kalau kita tak disemayamkan di sini, makam pahlawan ini akan sepi penghuni,” kata yang lain menghibur.

Tiba-tiba mereka mendengar tentang Marsinah.

Tiba-tiba mereka semua yang di Taman Pahlawan, yang betul-betul pahlawan atau yang keliru dianggap pahlawan, begitu girang menunggu salvo ditembakkan dan genderang penghormatan ditabuh lirih mengiringi kedatangan wanita muda yang gagah perkasa itu.

Di atas, Marsinah yang berkerudung awan putih berselendang pelangi tersenyum manis sekali, “Maaf kawan-kawan, jasadku masih dibutuhkan untuk menyingkap kebusukan dan membantu mereka yang mencari muka. Kalau sudah tak diperlukan lagi biarlah mereka menanamnya di mana saja di persada ini sebagai tumbal keadilan atau sekedar bangkai tak berarti.”

Demikianlah puisi dari Gus Mus. Bagi Anda yang tertarik untuk melihat videonya langsung dapat menyaksikannya di bawah ini:

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Tangkapan layar Gus Mus Channel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *