Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 05 April 2022

Potret Toleransi dalam 5 Tradisi Khas Ramadan Warga Muslim Bali


islamindonesia.id – Bila ada yang menyatakan bahwa semarak suasana Ramadan di Bali, salah satu bukti nyata bahwa Indonesia hidup dalam kondisi toleransi yang tinggi, apakah memang benar demikian?

Tak dapat dimungkiri, meski mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, tapi banyak juga yang menganut agama Islam. Uniknya hal ini tidak menjadikan masyarakat Bali berselisih, tapi justru membuat mereka makin sadar tentang nilai keberagaman sehingga mampu menjalin kehidupan beragama dalam damai. Terbukti, saat penyambutan hari besar agama pun mereka tampak saling menghargai dan menghormati.

Tak terkecuali ketika datangnya bulan Ramadan, masyarakat Muslim Bali juga menyambutnya dengan meriah tanpa ada gangguan dari warga Bali yang mayoritas beragama Hindu tersebut.

Tak heran bila pada saat tradisi-tradisi unik dilakukan warga Muslim, warga Hindu pun kerap ikut membantu.

Apa saja tradisi unik warga Muslim Bali saat bulan Ramadan? Mari kita intip satu per satu.

  1. Megibung
    Megibung merupakan tradisi turun-temurun di Bali yang masih terjaga hingga sekarang. Tradisi ini dilakukan dengan cara duduk dan makan bersama sambil berdiskusi. Keluarga, orang terdekat, sanak famili, teman, dan seluruh warga Muslim di Bali datang berkumpul dan membaur.

Bisa dibilang, tradisi Megibung ini merupakan ajang silaturahmi sebelum masuk ke bulan suci Ramadan.

Sebagai peneman diskusi, biasanya dalam satu wadah besar terdapat ayam bakar, sate lilit khas Bali, ikan asin, nasi putih, sambal terasi, lengkap dengan sayur, tahu, dan tempenya. Setiap makanan di wadah tersebut akan dimakan bersama oleh 4 sampai 7 orang, sehingga menambah seru suasana kebersamaan.

Siapa pun yang ingin merasakan serunya tradisi ini bersama warga Bali, silakan saja datang ke Kampung Islam Kepaon pada saat menjelang puasa atau pada hari ke-10, 20, dan 30 puasa. Dijamin tidak akan kecewa.

  1. Ngejot
    Berbeda dengan Megibung yang biasanya dilakukan pada saat menjelang Ramadan, tradisi Ngejot merupakan salah satu tradisi Ramadan warga Desa Pegayaman Buleleng yang dilakukan saat menjelang Idulfitri. Biasanya tradisi dilakukan dengan cara membawa hantaran makanan ke rumah saudara atau kerabat, untuk bersilaturahmi. Sebetulnya budaya ini diadopsi dari budaya Bali, hampir sama juga dengan tradisi Megibung.

Uniknya, tradisi ini tidak hanya dilakukan warga Desa Pegayaman, tapi juga dilakukan hampir di seluruh wilayah Bali. Tujuannya adalah untuk menjaga silaturahmi antarumat beragama. Jadi kalau di Kota Denpasar, tradisi ini dilakukan oleh umat Muslim kepada tetangga atau kerabat non-Muslim.

Sebaliknya, pada hari-hari besar Hindu, umat Hindu lah yang membawakan hantaran kepada tetangga atau kerabat Muslim.

Selain tradisi Ngejot, Pegayaman juga punya tradisi unik selama Ramadan, lebih unik karena yang melakoni tradisi ini adalah anak-anak. Namanya adalah tradisi Nyenggol, semacam pasar malam tapi khusus untuk anak-anak.

  1. Nyenggol
    Tradisi ini sudah lama dilakoni masyarakat Pegayaman. Saat azan maghrib berkumandang dan anak-anak sudah berbuka, mereka akan langsung berlari menuju pinggiran jalan untuk menjajakan barang jualan mereka. Ada yang jual jajanan, cemilan atau buah-buahan.

Semua pembeli dan penjualnya adalah anak-anak, jadi harganya pun sangat terjangkau. Mereka biasanya saling bergantian membeli barang dagangan milik temannya. Tradisi ini berlangsung hanya sebentar setiap malam selama Ramadan. Saat azan isyak terdengar, anak-anak Desa Pegayaman pun pulang untuk melakukan salat tarawih.

  1. Tabuh Rebana
    Tradisi Tabuh Rebana ini biasanya digelar di Desa Air Kuning Jembrana, salah satu kampung Muslim di Bali.

Seperti yang kita ketahui, Bali memang dikenal dengan corak irama musiknya yang berbeda dari kawasan lain di Indonesia. Nah, di salah satu kampung Muslim Bali yaitu di Desa Air Kuning, ada sebuah tradisi saat menjelang Ramadan yang berhubungan dengan musik khas Bali.

Desa Air Kuning sering memainkan Tabuh Rebana yang dimainkan dengan teknik khusus oleh warga setempat. Biasanya Tabuh Rebana ini juga diiringi dengan lirik berbahasa Arab dan bahasa Melayu. Suara musik dari rebana dengan irama khas Bali akan bikin suasana puasa terasa lebih damai kalau datang ke kampung Muslim ini.

  1. Nyekar
    Tradisi “Nyekar” khas Jawa ternyata juga dilakukan oleh warga Kampung Jawa di Bali.

Tradisi “nyekar” memang lebih populer di tengah masyarakat Muslim Jawa. Namun ternyata tradisi semacam ini juga dilakukan oleh warga Desa Wanasari atau yang oleh masyarakat setempat disebut dengan “Kampung Jawa”.

Di salah satu tempat pemakaman umum Muslim Desa Wanasari jalan Maruti Denpasar ini, banyak pedagang bunga yang menjual aneka bunga dan juga air mawar. Warga Muslim di Kampung Jawa ini biasanya melakukan tradisi “nyekar” sebelum Ramadan, misalnya H-3 Ramadan.

Nah, itulah 5 tradisi unik saat Ramadan di Bali. Semua tradisi ini menggambarkan kehidupan beragama yang toleran. Artinya, meskipun warga Muslim di Bali sangat minoritas, tapi mereka tetap bisa merayakan dan menyemarakkan suasana Ramadan lewat berbagai tradisi dengan penuh suka cita tanpa ada gangguan sedikit pun dari warga Hindu Bali.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *