Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 04 May 2023

Makna Filosofis dan Relijius Takir Jawa


islamindonesia.id – Takir merupakan salah satu dari banyak bentuk atau kreasi wadah makanan yang dibuat dari daun pisang. Selain takir ada juga wadah atau bungkus makanan lain dari daun pisang seperti pincuk, sumpil, terpelang, tum, sudi, pasung, pinjung, dll. 

Takir sendiri ada 2 macam yaitu takir biasa dan takir ponthang yang diberi helai janur (daun kelapa yg masih muda).

Takir dibentuk dengan melipat kedua sisi daun pisang dengan menyeimbangkan dua sisinya kemudian dikunci atau ditusuk dengan lidi tajam agar takir bisa berdiri dan apabila dijadikan wadah maka isinya tidak tumpah.

Takir dibuat dengan hati-hati dan jangan sampai tinggi sebelah atau robek daun pisangnya sehingga menyebabkan takir tidak sempurna dan bila diisi makanan bisa tumpah dan berceceran.

Kata “takir” sendiri berasal dari “nata” karo “mikir” (menata dan berpikir) yang bermakna bahwa dalam kehidupan senantiasa harus mempertimbangkan dan menata setiap langkah yang diambil dengan pemikiran tenang, saksama, mendalam, dan berhati-hati agar mendapatkan hasil yang terbaik.

Dalam membuat takir juga diperlukan keseimbangan serta keselarasan antara kedua sisi agar takir bisa berdiri kokoh dan berguna. Artinya dalam kehidupan diperlukan keseimbangan, harmonisasi dan keselarasan atau keserasian dalam segala hal agar tidak “njomplang” karena berat sebelah.

Lidi yang tajam dan keras berfungsi mengunci takir agar tetap pada bentuknya dan kokoh. Lidi merupakan lambang dari niat, tekad dan keteguhan hati agar tidak mudah jatuh, putus asa serta kegigihan menjalani kehidupan.

Penggunaan daun pisang selain karena dahulu belum ada piring mangkok dan sejenisnya (ada, hanya saja masih yang terbuat dari tanah liat) dirasa lebih praktis, bila dibuang juga gampang terurai dan kembali ke alam (simbol hubungan manusia dengan alam yang selaras dan tidak terpisahkan).

Takir juga melambangkan banyak hal. Yakni kesederhanaan, kreativitas yang canggih, produk lokal masa lalu yang tak lekang oleh zaman, juga kemandirian masyarakat masa lalu sebelum mengenal sendok dan piring yang merupakan budaya Eropa. Lalu juga sebagai wahana nostalgia dan melambangkan kedekatan manusia dengan alam.

Di sisi lain, di samping sebagai wadah jenang, takir atau wadah yang terbuat dari daun pisang ternyata juga sarat dengan makna relijius.

Disebutkan pula bahwa makna takir selain “nata” karo “mikir” adalah “takwa dan zikir”. Dua hal penting yang tidak lain merupakan “wadah” dari amalan-amalam kita sebagai makhluk Tuhan.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *