Satu Islam Untuk Semua

Monday, 28 March 2016

KISAH – Raja dan Logika Rakyat


Wanita dan Perhiasan Emas

⁠⁠⁠⁠⁠⁠Syahdan, seorang raja menetapkan sebuah peraturan yang kontroversial: larangan bagi seluruh wanita memakai perhiasan dan pakaian dari emas.

Tentu saja keputusan ini mendapat respon keras dari kaum hawa. Negeri gaduh. Protes dimana-mana.

Tak berapa lama, protes mengeras. Seluruh wanita di negeri itu justru mengenakan aneka macam perhiasan dan pakaian dari emas secara berlebihan. Ini protes sekaligus perlawanan keras kaum hawa atas larangan Sang Raja.

Raja gelisah. Dia bingung langkah selanjutnya. Lalu dia mengumpulkan seluruh pejabat dan penasehat kerajaan untuk bermusyawarah. Pertemuan tertutup ini dimulai. Silang pendapat terjadi. Masing­-masing mempertahankan pendapat dan argumentasinya.

Salah satu dari mereka berpendapat, “Aku mengusulkan baginda mencabut pelarangan itu demi maslahat umum.” Sementara yang lainnya menyanggah.”Tidak. Pencabutan larangan mengindikasikan kerajaan tidak berdaya dan takut. Wajib bagi kita menunjukkan kekuatan kita.”

Akhirnya peserta musyawarah terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung pelarangan, dan kubu pendukung pencabutan.

Sang Raja pun angkat bicara, “Cukup sudah! Datangkan kepadaku hakim!”

Tatkala hakim datang dan dikemukakan permasalahan kepadanya, dia pun berkata, “Wahai paduka Raja. Manusia tidak akan menaati Anda selama Anda hanya memikirkan hal­ yang Anda inginkan saja, bukan hal-­hal yang mereka inginkan.”

“Lalu apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mencabut larangan itu?” kata raja.

Hakim menjawab, “Tentu saja tidak. Namun Anda harus menetapkan larangan memakai perhiasan dan pakaian dari emas dengan sebuah penjelasan. Sesungguhnya kecantikan pada wanita tidaklah membutuhkan hiasan tambahan. Kemudian keluarkanlah aturan pengecualian yang membolehkan bagi wanita yang tidak cantik dan berusia tua untuk memakai perhiasan dan pakaian dari emas. Alasannya mereka memerlukannya untuk menutupi kejelekan wajah mereka.”

Sang Raja pun mengeluarkan putusan itu.

Akhirnya secara sukarela seluruh wanita di negeri itu melepaskan perhiasan emas mereka. Mereka menanggalkan pakaian mewah yang selama ini dikenakan secara berlebihan. Tiap wanita yang memandang diri mereka sebagai wanita cantik tidak lagi memerlukan hiasan dan pakaian mewah di tubuh mereka.

Mereka mulai memakai pakaian yang sangat sederhana untuk sekadar menutupi aurat.

Sang Hakim berkata kepada raja, “Sekarang rakyat menaati Anda. Ketika Anda berpikir menggunakan logika mereka dan kepentingan mereka, Anda telah mengambil hati mereka.”

Sesungguhnya kalimat adalah seni yang membutuhkan ketepatan dalam cara penyampaian.

[]

Tom/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *