Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 12 March 2014

Kisah Komikus The Muslim Show Tersentuh Seorang Buta


Noredine Allam (kiri), Greg Blondin (tengah), dan Karim Allam (kanan)

Kisah itu membuatku tergerak. Aku merasa malu, karena memiliki kekuatan fisik untuk pergi ke masjid.

 

Ada hal yang menggelitik ketika redaksi Islam Indonesia hendak mewawancarai trio komikus asal Prancis, yakni Noredine Allam, Greg Blondin, dan Karim Allam. Karena datang terlalu awal, kami pun memilih untuk menunggu ke mushalla kecil yang terletak di ujung lobi hotel Aston, Kuningan, tempat mereka menginap selama di Jakarta.

Hal ini kami pilih, karena selain waktu wawancara yang sudah dekat, yakni sekitar pukul 18.30 sesuai yang dijadwalkan pihak panitia, juga karena adzan maghrib sebentar lagi berkumandang.

Namun, ketika usai shalat, ada pemandangan yang cukup membuat kami terkejut. Dua orang bule muncul di hadapan kami, yang juga telah menyelesaikan shalat secara berjamaah. Mereka tidak lain adalah Noredine Allam dan Karim Allam. Sementara itu, Greg Blondin, menurut penuturan Noredine, memilih menunggu di lobi karena memang ia non Muslim.

Pertanyaan pun muncul, mengapa mereka mau susah-susah turun ke mushalla, sedangkan mereka memiliki hak sebagai musafir untuk menjamak, bahkan meng-qashar shalatnya? Terlebih, dengan kesibukan mereka yang cukup padat selama tour karyanya di Indonesia ini, juga kondisi cuaca Indonesia yang tentunya berbeda jauh dengan negeri asalnya, Prancis.

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-qashar shalat (mu)...” (Qs. An-Nisa ayat 101).

Ternyata, ketika dikonfirmasi, melalui penerjemahnya, Vina, Noredine mengatakan bahwa ada sebuah kisah yang mampu menggerakkan hati kedua komikus masyhur itu, hingga membuatnya malu jika harus meninggalkan shalat secara berjamaah. Karenanya, sesibuk apa pun, mereka akan berusaha untuk shalat berjamaah.

Noredine mengatakan, “Ini adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Biasanya aku shalat di masjid, tapi karena tidak sempat, aku memutuskan untuk shalat berjamaah di mushalla hotel.”

Aku tersentuh oleh kisah seorang buta yang mendatangi Nabi Muhammad Saw. Ia bertanya pada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid, bolehkah saya shalat di rumah?’ maka Rasul pun memberikan keringanan kepadanya, ‘boleh’. Namun, ketika orang itu beranjak pulang, Rasul memanggilnya dan bertanya, ‘Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan) dari rumahmu?’ laki-laki itu menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘kalau begitu penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat)’,” lanjutnya.

Selain itu, Noredine pun mengatakan bahwa ini adalah sebuah konsekuensi, karena telah memilih Islam sebagai jalan hidup. “Selama masih bisa dan ada waktu, meskipun tidak bisa ke masjid, yang terpenting adalah bisa shalat berjamaah bersama-sama,” jelasnya.

Apa yang dikisahkan Noredine pada hakikatnya merupakan sebuah cermin dari pentingnya shalat berjamaah yang termaktub dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan tercantum dalam karya muttafaq alaih, Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651, no. 654.

Juga dipertegas dalam surat Al-Baqarah ayat 43, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.”

Imam Al-Kasani berkata dalam Al-Badai’ Ash-Shana’i (1/155), “Allah Swt. memerintahkan ruku’ bersama-sama orang-orang yang ruku’,  itu dengan cara bergabung dalam ruku’. Maka ini merupakan perintah menegakkan shalat berjamaah.”

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata”. (QS. An-Nisa : 102)

Al-Imam Ibnul Mundzir berkata dalam Al-Ausath (4/135), “Tatkala Allah memerintahkan shalat berjamaah dalam keadaan takut, maka ini menunjukkan shalat berjamaah dalam keadaan aman lebih wajib lagi.”

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *