Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 17 August 2016

KHAS—Piwulang Kiai Semar tentang 4 Prinsip Kesadaran


IslamIndonesia.id—Piwulang Kiai Semar tentang 4 Prinsip Kesadaran

 

Sebagai guru dari Batara Guru, Kiai Semar sejak lama sudah dikenal arif sekaligus alim-bijaksana. Kearifan dan kecerdasannya yang bagai dua sisi mata uang tak terpisah, membuatnya selalu menjadi sosok yang layak digugu lan ditiru.

Belum lagi kalau kita bicara soal kedalaman makna dari hasil perenungan, penyerapan dan penemuan briliannya atas rahasia-rahasia semesta, harus diakui benar-benar di atas rata-rata manusia biasa pada umumnya. Itulah maqam tinggi Insan Kamil yang tak sembarang orang bisa mencapainya.

Di antara sekian banyak piwulang Kiai Semar, terdapat 4 Prinsip Kesadaran yang mungkin patut menjadi pedoman kita dalam hidup, agar tercapai keseimbangan lahir-batin, baik di alam mikrokosmos maupun alam makrokosmos. Agar kita menjadi pribadi yang selamat, sekaligus mampu menyelamatkan sesama kita, sesuai prinsip rahmatan lil ‘alamin.

Apa saja prinsip-prinsip kesadaran itu?

Pertama: Manungso urip ngunduh wohe pakertine dhewe-dhewe.

Prinsip ini menyatakan bahwa setiap manusia, siapapun dia, sudah pasti akan memanen apa yang dia tanam. Bahwa tiap diri kita hanya akan mendapatkan balasan atas apa yang kita perbuat. Bila yang kita tanam kebaikan, maka pahala kebaikan pula yang akan kita terima. Demikian pula sebaliknya, bila keburukan yang kita lakukan, maka malapetaka lah yang bakal kita dapat.

Kedua: Manungso urip tumimbal soko biyen. Nek percoyo marang tumimbal.

Prinsip ini menegaskan bahwa kehidupan manusia pada saat ini, tak lain adalah hasil atau buah dari proses kehidupan di masa sebelumnya. Dampak dari kehidupan di masa lalunya.

Itulah sebabnya  ada petuah leluhur yang mengatakan, “Bila kamu hendak melihat bagaimana gerangan corak hidupmu kelak, maka lihatlah seperti apa hidupmu sekarang.”

Hal ini tak ubahnya juga dengan petuah yang menyebutkan, “Bila orang lain hendak melihat kira-kira seperti apa hidupmu di masa lalu, maka cukuplah bagi mereka dengan melihat bagaimana hidupmu sekarang.”

Ketiga: Manungso urip iku wis nggowo apese dhewe-dhewe.

Prinsip ini dimaksudkan agar kita mampu menghilangkan sifat iri, dengki, tamak, dan sombong, yakni dengan menyadari bahwa setiap orang sudah pasti bakal membawa nasib baik atau buruknya sendiri-sendiri. Apalagi bila kita tahu, bahwa ketika mati, tak ada untungnya sifat-sifat jelek itu dibawa serta ke alam sana, selain hanya akan menambah penderitaan dan siksa saja.

Keempat: Ati lan pikiran manungso ora bakal iso mangerteni kabeh rencananing Gusti Kang Murbeng Dumadi.

Prinsip ini menggarisbawahi bahwa hati dan pikiran manusia, untuk selamanya, takkan pernah benar-benar tahu dan paham apa yang menjadi rencana Tuhan Yang Esa, Yang Maha Menentukan nasib semua hamba-Nya.

Untuk itulah maka kepada kita seringkali diingatkan, “Hiduplah cukup sak madyo dan tak perlu nggege mongso,” yang artinya kurang lebih: hiduplah dengan usaha, dengan sahaja, dengan secukupnya dan jangan terlampau hidup bergantung pada panjang angan-angan dan tak terkendalinya harapan, karena bila gagal maka yang bakal merasakan sakit dan deritanya sudah pasti bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri juga.

Itulah 4 Prinsip Kesadaran yang diajarkan Kiai Semar.

Semoga kita semua mampu mempraktikkannya.

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *