Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 11 August 2016

KHAS—Kiai Semar Bicara Tuhan (Bagian Kedua)


IslamIndonesia.id—Kiai Semar Bicara Tuhan (Bagian Kedua)

 

Kiai Semar dalam salah satu sesi piwulang-nya pernah menegaskan, pentingnya semua manusia mulai berlatih memahami adanya tujuh sifat Kang Murbeng Dumadi. Untuk itu, diperlukan 3 modal utama, dibutuhkan sangu atau bekal, berupa sumarah, sumeleh, lan mituhu. Apa gerangan yang dimaksudnya? Makhluk apa yang namanya sumarah, sumeleh, dan mituhu itu?

“Pertama,” kata Semar, “Tuhan itu Esa dan tak ada yang lain. Dia ada, dan tanpa tanding. Sebab soal ini terlampau terang-benderang, rasa-rasanya kita tak perlu terlalu banyak mikir sampai pusing,” selorohnya, diamini Petruk, Gareng dan Bagong. Meski begitu, Semar tetap menambahkan, “Yang tidak Esa, sudah pasti bukan Tuhan.”

Yo wis. Pertama, Tuhan itu Esa. Yang kedua?” tanya Gareng.

“Kedua, Tuhan itu bisa mewujud apa saja,” jawab Semar. “Ananging wewujudan iku dede Gusti. Tetapi perwujudan itu bukanlah Tuhan. Mung karyane Gusti. Hanya karya-Nya semata.

“Tapi…,” Bagong tiba-tiba menukas, “Kok ada juga yang bilang kalau Tuhan ada dimana-mana? Piye jal itu maksudnya Ki?” tanya dia. “Katanya Esa, lha kok dimana-mana?”

“Ya, di antara tujuh sifat Tuhan, yang ketiga adalah Tuhan itu ada dimana-mana,” Semar mengiyakan.

”Tapi kowe ojo sampek salah panompo. Sebab mulo nang ngendi papan uga ono Gusti. Toh nang awakmu dewe ugo ono Gusti,” lanjut Semar menjelaskan bahwa manusia pun berada dalam lingkupan Tuhan, baik secara jiwa maupun raga. Tuhan ada dalam dirinya tetapi manusia tak merasakannya dengan panca indra. Keberadaan-Nya hanya dapat dirasakan dengan “Roso”. Rasa bahwa Dia ada.

”Ananging ojo sepisan-pisan awakmu ngaku-ngaku Gusti,” tegas Semar mengingatkan agar manusia sadar bahwa jiwa-raganya ini hanyalah karya Tuhan. Meski dibilang Dia ada dalam diri manusia, tetapi jangan sekali-kali manusia mengaku sebagai Dia.

Dilihatnya bahwa Petruk, Gareng dan Bagong paham, Semar pun melanjutkan piwulang.

“Keempat,” katanya. “Tuhan kuwi langgeng, Dia itu abadi. Dari awal, sejak masa dahulu, sekarang, esok dan seterusnya, Tuhan itu tetaplah Tuhan dan tak akan pernah berubah menjadi bukan Tuhan.”

“Kelima, adalah seperti yang sering kita dengar orang bilang, bahwa Gusti Allah ora sare. Tuhan itu memang tidak tidur. Dia Mahatahu segalanya, semuanya, tanpa sedikitpun khilaf, lupa dan lalai.”

Rungokno Truk, kowe sing sering ngorok yen pas turu, berarti awakmu dudu Gusti,” guyon Bagong kepada Petruk, disambut ngakak Semar dan cekikik Gareng.

“Keenam,” kata Semar memotong tawanya. “Tuhan itu Kang Moho Welas Asih. Dia itu Maha Pengasih, sekaligus Maha Penyayang. Dia Maha Adil, tak membeda- bedakan mahluk-Nya kecuali karena kadar takwanya. Maka tak heran, siapa gigih berupaya, dia pasti akan mendapatkan. Sebaliknya, siapa menabur angkara, dia pula yang bakal memanen petaka.”

“Nah, setuju. Pancen bener iku,” samber Petruk. “Mulo iku Reng, elingo. Ojo maneh kowe ngentut sembarangan. Iso-iso awakmu tak balang karo sandal!”

Asem kowe, Truk,” timpal Gareng. “Mentang-mentang bar oleh angin, langsung ae main nyamber,” ledeknya. Wis Ki, lanjut,” pinta Gareng kepada Kiai Semar. “Sifate Gusti sing nomer pitu iku opo?

Iki sing terakhir. Ketujuh, Gusti iku Kang Moho Kuwoso. Opo ae sing wis diputuske marang Gusti, ora bakal ono sing iso nolak, utawi ora nerimo,” pungkas Semar menekankan bahwa apa yang sudah menjadi keputusan Tuhan, maka tak ada sesiapapun yang dapat menolak kehendak dan keputusan-Nya.

Lha trus piye soal bab sumarah, sumeleh lan mituhu, Ki?” tanya Bagong.

Sumarah?” sahut Semar. Sumarah iku maksute yo berserah, pasrah, percoyo bongkotan tanpo ragu marang Gusti Kang Murbeng Dumadi, Gong.”

“Modal sumarah, manusia kudune yakin welas-asihe lan kuwosone Gusti Allah. Bahwa hanya Dia pengatur terbaik yang akan memberikan kebaikan dalam kehidupan kita. Dengan itu mestinya kita yakin sepenuhnya—bahkan ketika kita sedang menghadapi gelombang kehidupan yang serasa tumpang-tindih datangnya, maka sudah pasti pada akhirnya hanya Dial ah yang akan memberikan jalan keluar terbaik-Nya bagi kita.”

“Dengan sumarah, akan muncullah sumeleh,” lanjut Semar. “Yakni sikap patuh dan makin mantapnya keteguhan untuk bersandar hanya kepada Dia Yang Maha Esa. Sadar bahwa sebagai hamba, kita hanya bisa berusaha, sedangkan soal apakah usaha itu akan membuahkan keberhasilan atau tidak, maka semua itu tergantung pada kehendak dan kuasa-Nya. Bermodal sumeleh, kudune kabeh menungso iku ora bakal gampang nyerah lan putus asa dalam berusaha.”

“Paling akhir sing tak kalah pentinge, sumarah lan sumeleh iku kudu dibarengi sikap mituhu. Yang tak lain adalah sikap sungguh-sungguh patuh, taat, disiplin, konsisten, lan tuma’ninah.”

Petruk, Gareng dan Bagong manggut-manggut tanda paham piwulang Semar, perihal tujuh sifat Gusti Kang Murbeng Dumadi.

“Wis, sementara ngono wae piwulangku. Dino Jumat disambung maneh,” tutup Semar lalu ngeloyor pergi.

 

Tamat

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *