Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 15 March 2023

‘Ji Tasbani’: Julukan Orang Madura untuk Haji Tidak Mabrur


islamindonesia.id – Orang Madura memahami perjalanan haji sebagai rangkaian perjalanan penyucian diri. Mendapatkan kesempatan bisa berhaji bagi orang Madura dianggap sebagai sebuah keistimewaan karena mereka meyakini hanya yang diundang oleh Allah sajalah yang bisa melaksanakan ibadah haji.

Sekembalinya mereka dari perjalanan penyucian itu, mereka merasa seolah dilahirkan kembali, suci bersih laksana bayi yang baru lahir. Dengan pemahaman seperti inilah mereka kemudian tergerak untuk mengganti nama mereka. Tentu dengan nama yang lebih Islami dan kearab-araban, sambil mencari alternatif nama yang mirip bunyinya dengan nama mereka yang lama. Semisal dulu ia memiliki nama Misdin, maka kini ia mengganti nama menjadi Misbahuddin (penerang agama).

Pada kelanjutan kehidupannya, di situlah titik letak persoalan. Bila dalam kelanjutan kehidupannya ia menjadi pribadi yang lebih baik, meninggalkan semua kemaksiatan yang dulu pernah ia lakukan dan memperbanyak kebaikan, maka inilah yang disebut sebagai haji mabrur. Haji yang mendapatkan kebaikan pascaperjalanan haji. Sebaliknya, jika ternyata pascaperjalanan haji, ia tidak mengalami perubahan hidup, artinya tetap maksiat dan tetap tidak tergerak untuk memperbanyak kebaikan, maka orang Madura akan menjulukinya sebagai “Ji Tasbani”.

“Ji Tasbani” merupakan kependekan dari kata dalam bahasa Madura yakni Haji attas ajji, bebe banni (Haji yang hanya atasnya saja yang haji, tetapi bawahnya bukan). “Ji Tasbani” ini merujuk pada orang-orang yang sepulang dari ibadah haji, ia kemudian berhak memakai peci putih sebagai pertanda bahwa ia sudah melaksanakan ibadah haji. Itulah yang dimaksud dengan atasnya (kepalanya) sudah haji. Namun karena hatinya, yang ada di bawah kepala belum berubah atau belum dihajikan, maka dianggap bahwa bawahnya bukan haji.

Meski saat ini “Ji Tasbani” sudah tidak mungkin lagi menjadi alat kontrol perilaku bagi seseorang yang sudah naik haji, tetapi setidaknya panggilan “Ji Tasbani” yang diberikan oleh masyarakat tetap memberikan efek yang tidak mengenakkan.

Panggilan tersebut menjadi indikasi bahwa tidaklah mudah menjadi seorang haji sejati. Sebagaimana dipahami oleh masyarakat Madura, bahwa jika seseorang sudah berniat naik haji, maka ia sudah harus haji sejak dari saat keluar rumah.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *