Satu Islam Untuk Semua

Monday, 05 November 2018

Hadapi Tahun Politik, Ojo Kagetan Ojo Gumunan Ojo Dumeh


islamindonesia.id – Hadapi Tahun Politik, Ojo Kagetan Ojo Gumunan Ojo Dumeh

 

Ada setidaknya tiga nilai penting dalam ajaran kearifan manusia Jawa, yakni tentang prinsip hidup ojo kagetan, ojo gumunan dan ojo dumeh, yang mungkin tepat diterapkan bangsa Indonesia khususnya dalam menghadapi tahun politik saat ini. Salah satu tujuannya agar hidup mereka tak terusik keriuhan sumpah serapah dan saling hujat akibat perseteruan dan beda pandangan politik di antara sengitnya aroma perkubuan yang tak mustahil dapat memecah keutuhan dan persaudaraan antar sesama anak bangsa.

Bagaimana penjelasan tentang makna tiga prinsip itu?

Ojo kagetan, jangan gampang terkejut. Segala kejadian di alam dunia telah tercatat dalam skenario besar Tuhan Yang Maha Pencipta. Tidak mudah terkejut salah satunya dapat dimaknai sebagai sifat tawakal pada kekuasaan Yang Maha Kuasa.

Watak ojo kagetan mendidik kita untuk tidak berbesar kepala menyikapi keberhasilan, dan juga tidak putus asa menghadapi kegagalan. Sisi lain dari nilai ojo kagetan adalah mengimani takdir. Dengan selalu sadar bahwa semua kejadian adalah skenario Tuhan, ojo kagetan mendidik kita untuk tidak latah berandai-andai, ”Ah… seandainya yang terjadi demikian dan demikian.”

Tidak gampang menuduh orang lain, ”Ah, ini pasti gara-gara si anu.” Tidak gampang mengutuk dan tidak takabur.

Ojo gumunan, jangan mudah takjub. Ini adalah sebuah ajaran untuk menyikapi peristiwa hidup dengan bijak, arif, jauh dari prasangka, mengambil sikap yang wajar sesuai dengan proporsinya, dan tidak berlebihan.

Dalam dunia yang semakin rumit, banyak tipu daya yang bisa merugikan kita sebagai manusia. Sikap ojo gumunan mengingatkan kita untuk eling dan waspada. Banyak hal yang terlihat baik, terlihat manis, namun ternyata acapkali menjerumuskan manusia ke situasi yang bisa menghancurkan martabat. Jangan larut pada hal-hal yang terlihat indah, tetaplah mempertimbangkan kebenaran dan akal sehat.

Nilai kedua dari ojo gumunan adalah ajaran untuk menjauhi watak tamak, serakah dan menuruti hawa nafsu. Sifat-sifat buruk itu salah satunya dipicu oleh mudahnya manusia terhipnotis oleh bujuk rayu dunia. Seseorang yang gampang takjub, akan mudah terangsang pada hal-hal duniawi dan pada akhirnya muncul hasrat untuk memiliki dan menguasai alias tamak dan serakah.

Sisi lain yang terpelihara oleh premis ojo gumunan ini adalah agar kita tidak menjadi orang yang gampang kecewa. Orang yang gampang takjub akan mudah terpengaruh, gampang diperdayai, gampang dijerumuskan. Pada akhirnya, ketika kenyataan tak sesuai harapan, orang yang gampang takjub akan merasa kecewa, bahkan bisa membenci sesuatu yang awalnya dikagumi.

Ojo dumeh, jangan mentang-mentang. Ini adalah pesan untuk selalu rendah hati, sabar dan mengendalikan diri. Masing-masing kita memiliki status, yang rawan menjebak kita pada situasi untuk merasa istimewa, merasa lebih hebat dari orang lain. Tak sedikit orang yang merasa berkuasa lalu timbul ambisi untuk memperkaya diri atau memperbudak orang lain. Ada orang yang merasa hebat lalu terbiasa meremehkan dan merendahkan orang lain.

Dunia kita adalah alam yang dinamis. Apapun bisa saja terjadi. Semesta ini adalah semesta yang senantiasa berputar. Sesuatu yang kemarin berada di bawah, hari ini mungkin berada di atas. Dan sebaliknya apa yang kemarin di atas bisa saja besok atau lusa terhampar di bawah. Hari ini boleh jadi terlihat hebat dan berkuasa, besok mungkin saja ia terhinakan oleh karena tindak perbuatannya. Jangan terlalu banyak tertawa ketika senang, jangan gampang mengutuk di kala susah.

Pada sisi lain. Hakikatnya tiada kemustahilan selama manusia berupaya dengan tawakal dan sungguh-sungguh. Kita tak boleh menyerah pada keterbatasan. Sesuatu terkadang terlihat sulit, hanya karena kita belum mencobanya. Sesuatu terkadang terlihat menarik, padahal banyak tipu daya di belakangnya.

Mari kita jalani hidup secara lebih arif, jangan mudah terkejut, jangan mudah takjub dan jangan mentang-mentang.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *