Satu Islam Untuk Semua

Friday, 08 April 2022

Dile Jojor dan Ngaji Quran, Tradisi Warga Lombok Hormati Bulan Suci Ramadan


islamindonesia.id – Dunia mengakui bahwa Indonesia yang berdiri kokoh di antara keragaman suku, ras dan agama justru punya kekayaan budaya yang melimpah. Contohnya, saat menjelang Ramadan saja ada puluhan tradisi yang berbeda di setiap daerah untuk merayakannya. Ini bukti nyata, kalau Indonesia memang punya sejuta kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Namun, dalam keragaman inilah Indonesia tetap satu.

Patut diingat pula bahwa tradisi menyambut Ramadan di setiap daerah memang beragam. Namun tujuan sebetulnya adalah satu, yaitu untuk memuliakan bulan Ramadan. Keberagaman tradisi ini menjadi bukti bahwa Indonesia memang kaya budaya dan bisa hidup berdampingan dengan rukun meski punya perbedaan antara yang satu dan yang lainnya. 

Salah satu tradisi unik juga dirayakan di Lombok setiap kali bulan suci Ramadan datang. Mau tahu bagaimana keseruan warga Lombok menyambut Ramadan?

Tradisi Ngaji Quran

Di Lombok Utara ada sebuah masyarakat adat yang telah memeluk Islam sejak lama. Konon, Islam di sini telah diakulturasikan dengan budaya adat Lombok. Tak heran bila setiap Ramadan datang, masyarakat adat Sesait di Kecamatan Kayangan punya satu adat yang cukup unik.

Di kampung yang 100% masyarakatnya Islam ini terdapat sebuah masjid kuno yang berdinding bambu dan beralas tanah. Masjid ini memang tidakdipakai untuk salat tarawih, tapi justru digunakan untuk adat “Ngaji Quran”.

Tradisi Ngaji Quran diawali dengan membawa sebuah Alquran bertulis tangan dari Kampu menuju masjid kuno ini. Kampu adalah Pusat Pemerintahan Desa Adat Sesait.

Dalam tradisi ini, Alquran yang dibungkus dengan kain putih diarak menuju masjid dengan diiringi warga. Uniknya, Alquran yang bersampul kulit unta ini tidakboleh didahului. Artinya semua warga harus berjalan mengiringi di belakang Alquran, dan tidakboleh ada yang masuk terlebih dahulu sebelum kitab Alquran kuno tersebut masuk ke dalam masjid. 

Empat orang yang berhak membawa kitab suci ini adalah tokoh adat yang terdiri dari Jintaka, Mangkugumi, Penghulu dan Pemusangan. Prosesi Ngaji Quran ini nantinya akan dilakukan sepanjang malam.

Nah, selain untuk menyambut Ramadan dengan lantunan ayat-ayat suci Alquran, tradisi ini juga untuk sarana pengingat bagi generasi penerus Sesait. Agar mereka tak lupa bagaimana sejarah masuknya Islam di Sesait dan bagaimana sejak dulu tradisi tetap dilestarikan meski leluhur mereka telah memeluk Islam. 

Sekadar informasi, ternyata Alquran yang disimpan di Kampu ini adalah kitab suci kuno yang bertulis tangan peninggalan dari abad ke-15. Sampulnya terbuat dari kulit unta, namun saat ini konon kondisinya sudah agak rusak. Jadi sekarang masyarakat adat Sesait menggunakan kitab suci generasi kedua, yang Alquran ini sudah dicetak mesin, tapi tetap menggunakan sampul kulit unta.

Lalu bagaimana dengan masyarakat di wilayah Lombok lainnya? Seperti halnya di Lombok Utara, masyarakat Lombok Barat juga tidak mau melewatkan kemeriahan Ramadan tanpa tradisi unik mereka.

Tradisi Dile Jojor

Tak kalah dari Lombok Utara, masyarakat Dusun Tenges-enges, Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Lombok Barat juga punya tradisi yang unik. Yaitu tradisi “Dile Jojor”. Dalam tradisi ini masyarakat Lombok Barat di sini akan menyalakan “dile jojor”, sejenis obor yang berasal dari buah jamplung yang dibakar.

Masyarakat setempat sering menyebut tradisi ini sebagai tradisi “maleman”, karena memang dilakukan saat malam hari.

Prosesi Dile Jojor diawali dengan membawa makanan berupa nasi dan lauk-pauk ke masjid. Saat waktu berbuka datang, warga dan tokoh masyarakat akan menyantap bersama makanan tersebut, lalu salat magrib bersama. 

Baru setelah salat magrib inilah obor dinyalakan. Pria, wanita dan anak-anak di kampung ini meletakkan Dile Jojor di setiap sudut rumah dan tempat pemakaman desa. Kampung yang tadinya gelap gulita pun menjadi terang karena cahaya dari obor ini. Tradisi Maleman ini dilakukan setiap malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.

Tradisi ini bukan tanpa tujuan. Dile Jojor dilestarikan sebagai tradisi khas Ramadan di Lombok Barat agar masyarakatnya selalu terjaga di malam-malam terakhir Ramadan. Malam khusus inilah yang oleh umat Islam biasa disebut sebagai malam Lailatul Qadar. Dengan adanya cahaya obor ini, diharapkan semua orang bisa terus terjaga dan terus beribadah agar mendapat nikmatnya malam Lailatul Qadar yang diyakini sebagai malam yang lebih mulia daripada Seribu Bulan.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *