Di Tasikmalaya, Warga Hidupkan Tradisi Bersih Kubur Jelang Puasa

Adzan duhur baru saja berkumandang. Matahari pun tepat di atas ubun-ubun. Dari corong mesjid desa, terdengar ajakan Pak Amat agar warga bergotong-royong membersihkan pemakaman umum. Puasa sebentar lagi, katanya.
Masjid Jami Al Huda terletak di kampung Ambarayah, Desa Sukadana, Kecamatan Pagerageung. Perkampungan asri nan sepi, jauh dari hiruk pikuk kota, itu masuk dalam wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Tepat jam satu siang, tua muda, lelaki maupun perempuan dari enam rukun tetangga berbondong-bondong menuju ‘Makam Ageung/Gede’ yang terletak di ujung kaler atau utara kampung.
Berbekal parang dan pacul, warga membersihkan areal pemakaman seluas tiga hektar itu. Ilalang dan rumput setinggi dada menutupi pekuburan. Maklum saja, warga membersihkan kuburan hanya setahun sekali, setiap jelang Ramadhan.
Pemakaman letaknya di kawasan berbukit. Kuburan yang ada pun jadi terserak, seperti undakan sawah. Menurut penuturan Pak Yusuf (70), salah satu sesepuh, Makam Gede sudah ada sejak awal mula kampung Ambarayah dibabat alas.
“Makam Eyang Oneng oge di dieu,” katanya. Eyang Oneng adalah salah satu nenek moyang warga Ambarayah.
Tradisi bersih-bersih kuburan tentu bukan monopoli masyarakat Sunda semata. Di hampir semua daerah, Muslimin masih menghidupkan tradisi setiap jelang Ramadhan itu. Ini wujud penghormatan bagi mereka yang sudah berkalang tanah, sekaligus pengingat diri agar mencari ampunan dan menyiapkan bekal akhirat di bulan suci.
MA/Islamindonesia
Leave a Reply