Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 10 May 2022

Beragam Makna Lebaran Ketupat, Tradisi Hari Raya Khas Muslim Jawa


islamindonesia.id – Umat Islam di banyak negara, memiliki beragam tradisi Ramadan dan Idulfitri. Demikian pula di Indonesia, khususnya di pulau Jawa yang merayakan dua kali Hari Raya atau Lebaran setelah berlalunya bulan puasa Ramadan, yakni Hari Raya Idulfitri dan Lebaran Ketupat.

Ketupat pertama kali diperkenalkan di Indonesia saat Islam masuk ke tanah Jawa sejak abad ke-15 pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Sunan Kalijaga adalah seseorang yang memperkenalkan makanan ketupat kepada masyarakat dalam rangka berdakwah menyebarkan agama Islam ke Tanah Jawa.

Menurut Science Direct, dalam sebuah penelitian yang berjudul Ketupat as Traditional Food of Indonesia oleh Angelina Rianti, disebutkan bahwa Bakda Lebaran dan Bakda Kupat juga dikembangkan oleh Sunan Kalijaga. Keduanya memiliki kaitan yang erat dengan ketupat.

Selama Bakda Kupat, hampir setiap rumah terlihat ramai dan orang-orang menganyam daun kelapa menjadi ketupat. Lalu, dimasak dan dibagikan kepada tetangga, keluarga, serta saudara sebagai simbol kebersamaan.

Makna Ketupat

Dalam penyebaran dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan ketupat dengan filosofi dan makna yang dalam. Ketupat diambil dari bahasa Jawa dengan “Ku” (ngaku) yang berarti ‘mengakui’ dan “Pat” (lepat) yang berarti ‘kesalahan’, sehingga “kupat” dimaknai sebagai ‘ngaku lepat’ atau ‘mengaku bersalah’.

Tidak hanya itu, “kupat” juga diartikan sebagai ‘laku papat’ yang terdiri dari empat aksi. Keempatnya yaitu lebaran (pintu maaf dibuka lebar-lebar), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (bebas dari dosa-dosa).

Maksudnya, pertama lebaran, menandakan lebaran telah usai. Kedua, luberan yang mengandung makna melimpah seperti air yang tumpah. Luberan berarti seseorang yang dilimpahi rezeki memiliki kewajiban untuk berbagi kepada yang membutuhkan, salah satunya lewat kewajiban berzakat.

Sedangkan kata “leburan” yang bemakna meleburkan segala dosa dengan saling memaafkan. Dengan begitu, dosa yang telah diperbuat bisa melebur dan kembali suci.

Lebaran juga berasal dari kata “laburan”, turunan kata “labur” atau memperbarui warna dinding dengan kapur agar kembali bersih dan putih.  Artinya, hati seorang Muslim kembali jernih dengan ibadah selama Ramadan.

Pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit juga memiliki makna. Kerumitan anyaman menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan silaturahmi, sedangkan beras dimaknai nafsu duniawi. Ada juga yang memaknai rumitnya anyaman adalah beragam kesalahan manusia, sedangkan beras putih di dalamnya dimaknai dengan kesucian hati yang memaafkan kesalahan tersebut.

Sementara itu, daun kelapa muda yang digunakan sebagai pembungkusnya dalam bahasa Jawa disebut sebagai janur. Ini merupakan akronim dari “Jannah Nur” atau “Cahaya Surga”. Janur juga dianggap merupakan akronim dari “Jatining Nur” atau “Hati Nurani”.

Ada dua bentuk utama ketupat, yaitu kepal bersudut tujuh dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda.

Meskipun muncul dalam berbagai bentuk dan ukuran, varietas yang paling umum adalah ketupat berbentuk kubus, yang menyerupai keranjang anyaman kecil.

Berbagai bentuk dan ukuran ketupat disajikan untuk menyambut tradisi lebaran ini. Di antaranya yaitu ketupat glabed dari Tegal, dan ketupat babanci dari Betawi. Sedangkan Madura punya tujuh bentuk ketupat mulai dari topak toju’ atau ketupat duduk, hingga ketupat berbentuk seperti pistol.

Ketupat biasanya disajikan dengan opor, sambal goreng, atau rendang. Akan tetapi, ada juga makanan khas daerah yang juga menggunakan ketupat meski tidak disajikan pada saat Hari raya, seperti kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), grabag (Magelang), kupat glabet (Tegal), coto makassar (Makassar), dan sebagainya.

Wujud Kebersamaan dan Kasih Sayang

Perayaan tradisi Lebaran Ketupat juga bermakna kebersamaan. Ini disimbolkan dengan kebiasaan memasak ketupat lalu mengantarkannya kepada sanak saudara.

Bagi Muslim Jawa, tradisi lebaran Ketupat yang secara umum bermakna ngaku lepat dilakukan melalui prosesi sungkeman. Yakni ketika anak memohon maaf kepada orang tuanya sembari sungkem atau mencium lutut orangtua. Sungkeman juga merupakan bukti kasih sayang anak dan orang tua.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *