Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 19 March 2019

Wawancara – Pahlawan Penyelamat Banyak Nyawa di Masjid Linwood itu Bernama Abdul Aziz


islamindonesia.id – Pahlawan Penyelamat Banyak Nyawa di Masjid Linwood itu Bernama Abdul Aziz

Abdul Aziz, yang kesehariannya merupakan seorang pemilik toko furnitur, ketika penyerang sedang menembaki orang-orang yang hendak shalat di dalam Masjid Linwood, sedang berada di bagian lain masjid.

Menurut laporan terbaru, dari 50 orang yang kehilangan nyawa, sekitar 42-nya meninggal di Masjid Al-Noor, dan 7 lainnya di Masjid Linwood, tempat Abdul Aziz dan keempat anaknya pergi untuk shalat Jumat.

Awalnya dia mengira tembakan itu adalah mercon, tetapi kemudian dia melihat orang-orang yang di dalam mulai berjatuhan.

Tanpa berpikir panjang dia langsung mengambil benda apapun yang dapat dia pegang, sebuah mesin Eftpos (alat transaksi elektronik), dan pergi menuju area parkir, dia terus menunduk di antara mobil-mobil untuk menghindari peluru-peluru yang berdesing.

“Saya melihat seorang pria dengan seragam militer dan saya berkata, ‘Siapa kamu!?’ Dan dia mulai memaki saya,” kata Abdul Aziz.

“Saya langsung saja melempar mesin Eftpos (kepadanya), tetapi pintu mobilnya terbuka dan dia berhasil mendapatkan senjata lain dan mulai menembaki saya.”

Anak-anak Abdul Aziz ada di dekat pintu masjid, mereka berteriak dan menangis, meminta ayah mereka untuk masuk kembali ke dalam masjid.

Abdul Aziz berhasil lolos dari tembakan dan kembali ke dalam masjid.

“Ketika saya pergi ke bagian samping masjid saya melihat ada jenazah dengan senapan di sana. Saya kemudian mengambil senapan itu, tetapi ketika saya menarik pelatuknya, tidak ada peluru di dalamnya,” kata Abdul Aziz.

“Lalu saya memanggilnya. Saya berkata, ‘Hei lihat! Saya di parkiran, ayo ke sini, ayo ke sini!’ Saya hanya ingin mengalihkan perhatiannya dari masjid (supaya dia) datang ke tempat parkir. Bahkan jika saya tertembak itu tidak apa-apa, selama kami bisa menyelamatkan beberapa nyawa lain.”

Ketika penyerang melihat Abdul Aziz membawa senjata, dia berlari kembali ke mobilnya.

“Senjata yang berada di tangan saya, senapan itu, saya lemparkan ke arahnya seperti tombak ke jendelanya. Jendelanya pecah dan dia benar-benar terkejut. Dia mengira saya telah menembak atau semacamnya.”

“Dan kemudian dia hanya memaki kepada saya dan melarikan diri (sementara saya) masih mengejarnya dengan senjata.”

Tak lama setelah itu, mobil si pembunuh ditabrak oleh polisi setempat dan orang itu ditangkap.

Abdul Aziz juga ditangkap oleh polisi karena dia memegang senjata. Namun tak lama kemudian dia segera dibebaskan setelah kepolisian mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah orang yang telah menyelamatkan banyak nyawa lainnya.

“Sebenarnya, saya tidak menyelamatkan mereka. Allah, Tuhan-lah, yang menyelamatkan mereka.”

Dan ketika ditanya apa pendapatnya tentang pelaku kekejaman teroris terburuk sepanjang sejarah Selandia Baru, Abdul Aziz berkata, “Dia seorang pengecut. Dia mengira dia tidak memiliki rasa takut tetapi dia memiliki rasa takut. Saya bisa melihat rasa takut di matanya ketika dia berlari ke mobilnya.

“Datang dengan membawa pistol dan mulai menembaki orang dan membunuh orang dan mengira kamu seorang pahlawan? Tidak, kamu tidak akan pernah menjadi pahlawan dengan membunuh orang, kamu bisa menjadi pahlawan dengan menyelamatkan kehidupan.”

Abdul Aziz belum tidur lagi dari sejak peristiwa penembakan itu (wawancara ini berlangsung pada 17 Maret, sementara penembakan terjadi pada 15 Maret-red). Dia bercerita, begitu menutup matanya, gambaran tentang jenazah yang bergelimpangan di sekitarnya selalu menghampiri.

Selesai wawancara dia kembali ke dalam Rumah Sakit Christchurch untuk memberi dukungan moril untuk mereka yang terluka dan keluarganya.

Ratusan Muslim terlihat datang dan pergi ke rumah sakit ini, banyak dari mereka yang datang dari luar negeri.

Seorang wanita muda berjilbab, matanya merah karena menangis dan kurang tidur, membawa kotak jus dan biskuit, memberikannya untuk polisi bersenjata yang sedang berjaga di luar.

PH/IslamIndonesia/Sumber: RNZ/Photo: Matthew Theunissen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *