Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 22 October 2016

Wapres JK Minta Ahok Jaga Omongannya


islamindonesia.id — Wapres JK Minta Ahok Jaga Omongannya

 

Belum reda urusan Al Maidah 51, Basuki Thahaja Purnama alias Ahok kembali memicu polemik dengan menyatakan bahwa penerapan Pancasila di Indonesia belum lengkap.

Menanggapi pernyataan itu, di kantornya di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (21/10), Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berharap setiap calon gubernur DKI Jakarta tidak lagi menyinggung soal agama yang berujung pada sentimen SARA. Kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), JK meminta untuk lebih menjaga omongannya.

“Harus dijaga ini. Tidak boleh karena SARA, tapi jangan juga asal ngomong, asal tuduh. Untuk supaya itu tenangi, saya minta agar tenang, semua orang dua-dua harus jaga ini,” ujar Wapres JK.

JK mengatakan, banyak kasus yang memancing masyarakat menjadi SARA, akan tetapi banyak kasus yang juga memancing orang untuk berbicara SARA. Jika seandainya sebuah diskusi menyinggung soal SARA, maka sebaiknya diutarakan di dalam lingkungan terbatas.

Soal kasus Al Maidah yang dilontarkan Ahok, JK menilai perkataan Ahok bukan pada ayat yang diutarakannya tetapi kata ‘bohong’ yang diucapkannya. ” Jadi bukan soal agama, ini etika, etika, jadi ya, mulut mu harimau mu, itu saja masalahnya,” tegas JK soal kasus Ahok itu.

Menurut JK, toleransi beragama di Indonesia berjalan dengan baik. Buktinya, seorang seperti Teras Narang dapat menjadi Gubernur Kalimantan Tengah. Padahal 50 persen pemilih di wilayah itu beragama Islam. Tidak hanya itu, Sumatera Utara juga pernah dipimpin oleh gubernur yang beragama Nasrani.

Lebih lanjut, JK mengimbau agar isu agama tidak perlu dibawa-bawa ke dalam urusan politik. Apalagi hingga membawa dasar negara yaitu Pancasila. JK tidak mempersoalkan siapa yang akhirnya menjadi pemimpin kelak, asal seorang pemimpin harus dapat menjaga etika.

“Jangan mengatakan kalau mayoritas itu tidak dipilih, Pancasila tidak lengkap. Bukan. Salah itu. Berarti sekarang kita tidak Pancasila Indonesia ini, begitu Anda mau? Karena presidennya bukan non- Islam maka tidak Pancasilais? Saya tersingung!” tegas JK.

“Jadi toleransi itu harus kedua belah pihak, toleransi yang mayoritas, tapi yang minoritas juga harus toleran, dua-dua, jangan satu pihak, dua-dua harus toleran, itu harus dipahami begitu supaya kehidupan beragama yang harmonis terjadi,” sambungnya.

(Baca, Masih Soal Al Maidah 51, Cak Nun : Keponakan Iblis pun Bisa Jadi Gubernur)

AJ / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *