Satu Islam Untuk Semua

Monday, 27 July 2015

ULAMA – Sirajuddin Sakkaki: Tekad Sekeras Baja


ulama-islam

Sirajuddin Sakkaki adalah salah seorang ulama yang hidup pada masa kekuasaan raja-raja Khawarizm.

Pada awalnya, dia adalah seorang pandai besi.

Suatu hari, dengan susah payah dia berhasil membuat sebuah kotak besi yang amat kecil dan indah. Kemudian, dia membawa kotak itu ke istana untuk dihadiahkan ke sultan.

Sultan dan para penghuni istana merasa kagum pada karya Sakkaki. Mereka tak henti-henti memujinya. 

Ketika Sakkaki menanti imbalan atas pemberiannya itu, tiba-tiba datanglah seseorang sehingga semua yang ada di istana bersimpuh.

Sakkaki merasa kagum atas penghormatan yang mereka berikan kepada orang itu.

Dia lalu bertanya ke seseorang yang ada di sisinya, “Siapa dia?”

“Dia adalah seorang ulama,” jawab orang itu.

Sejak itu, Sakkaki meninggalkan pekerjaannya sebagai pandai besi.

Dia mulai membulatkan tekad untuk menuntut ilmu.

Kala itu, usianya sudah 30 tahun.

Sakkaki pergi ke sekolah dan berkata ke seorang guru, “Saya ingin menuntut ilmu.”

Sang guru menjawab, “Di usiamu, saya kira kau tidak lagi punya kemampuan belajar; jangan kau sia-siakan usiamu.”

Tapi dia tetap mendesak untuk bisa ikut sekolah.

Akhirnya, dia pun diterima oleh sang guru.

Pada awal pelajaran, dia diperintahkan untuk menghafal sebuah kaidah fikih. Guru ingin mengetahui daya ingatnya: “Syaikh berkata bahwa kulit anjing menjadi suci jika disamak.”

Sesampainya di rumah, Sakkaki sibuk mengulang-ulang kaidah fikih itu dan berusaha menghafalnya.

Keesokan harinya, dia datang lagi ke sekolah. Sang guru minta dia menyampaikan apa yang telah dihafalkannya. Dia segera mengucapkan, “Anjing berkata bahwa kulit Syaikh menjadi suci jika disamak.”

Sang guru dan murid lainnya pun tertawa.

Setelah belajar selama 10 tahun, dia sama sekali tak beroleh hasil. Hatinya sedih. Dia memilih mengembara ke gunung dan padang pasir.

Di tengah pengembaraannya itu, dia melihat air yang senantiasa menetes ke sebuah batu, dan batu itu berlubang. Untuk beberapa saat, dia memperhatikan pemandangan luar biasa itu, lalu berkata kepada dirinya, “Hatimu tak lebih keras daripada batu ini. Jika engkau tetap tegar dan bertahan, suatu saat engkau pasti berhasil.”

Setelah mengucapkan kalimat ini, dia pun segera kembali ke sekolah.

Pada usia 40 tahun, dia mulai belajar dengan penuh kesabaran dan semangat, hingga akhirnya dia berhasil menjadi seorang yang mahir di bidang Ilmu Tata Bahasa Arab.

Semua orang merasa kagum atas keberhasilannya.

Sakkaki menulis sebuah buku yang berjudul Miftah al-‘Ulum yang berisi 12 ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Arab, dan buku ini merupakan sebuah karya besar yang amat popular.

 

Zainab/Islam Indonesia. Foto: whyislam.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *