Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 01 April 2014

Ulama Dunia Serukan Islam Moderat


Nu.or.id

Islam itu memang satu, tetapi aplikasi di lapangan beraneka rupa.

 

Dalam konferensi internasional di pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo yang berlangsung Sabtu hingga Minggu (29-30/03), beberapa ulama dan pemikir dunia dari berbagai belahan dunia Islam menyerukan agar umat Islam berpijak pada Islam moderat.

Mufti Suni Republik Iraq Syekh Mahdi bin Ahmad Shalih As-Sumaidai mengatakan bahwa penerapan agama secara ekstrem menyebabkan dunia Timur Tengah berada dalam konflik berkepanjangan.

“Ahlussunah merupakan jalan tengah bagi sikap ekstremis khawarij dan perilaku gegabah kaum murji’ah,” kata Syekh Mahdi pada seminar bertajuk Tantangan Islam Moderat di Tengah Konstelasi Pemikiran Radikal yang diselenggarakan International Conference of Islamic Scholars (ICIS), seperti dikutip dari Nu.or.id.

Khawarij (kelompok radikal masa silam), terang Syekh Mahdi, berlebihan terhadap hak Allah dengan menggusur hak-hak manusia.

Karenanya, Syekh Mahdi di hadapan sedikitnya 500 hadirin menyeru agar umat Islam berpijak pada Islam moderat. Menurutnya, Islam yang benar adalah Islam moderat. Yakni, berada di jalan tengah dan tidak berjalan ekstrem ke kanan atau ke kiri.

Ia juga mengatakan bahwa Rasul Saw. dulu pernah menggambarkan Islam secara moderat dengan melangkahkan kaki secara lurus, lalu melangkah ke kanan dan ke kiri. Rasul kemudian bersabda, “Langkah yang lurus tadi adalah langkahku. Sedangkan langkah yang mengarah ke kiri adalah langkah setan.”

Sementara itu, Katib Syuriyah PBNU KH Afifuddin Muhajir mengatakan bahwa NU sebagai salah satu organisasi terbesar Nusantara, dalam Munasnya di pesantren ini 1983 lalu secara yakin mengatakan bahwa nilai Islam telah hadir dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Karena itu, NU kemudian memutuskan untuk mendukung Pancasila sebagai asas satu-satunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, guna mendukung Islam yang moderat.

“Sikap moderat NU ini berbeda dengan sebagian umat Islam di Indonesia yang mengutamakan simbol agama dibandingkan isinya. Karena itu, NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, tidak memiliki potensi konflik dengan negara. Karena, keduanya memiliki satu dasar, Pancasila,” jelas KH Afif yang juga pengasuh pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Banyuputih, Situbondo.

Terkait kehidupan berbangsa, Gumelar Sumantri, seorang narasumber seminar internasional ini, menambahkan, melalui Pancasila, negara menjadi terbuka dengan organisasi Islam moderat seperti NU dan organisasi Islam moderat lainnya.

Karenanya, Islam moderat di Indonesia ini memiliki pontensi paling mungkin untuk berkembang. “Terbukti dengan berakhirnya kelompok-kelompok Islam garis keras di Indonesia pada masa lalu,” katanya.

Hal ini diamini oleh Sekretaris Umum ICIS KH Hasyim Muzadi, “Islam itu memang satu, tetapi aplikasi di lapangannya ini yang aneka rupa hingga ada yang ekstrem. Karena itu, ulama dunia ini perlu menampilkan moderasi Islam sebagai wajah Islam sesungguhnya di hadapan dunia,” katanya kepada NU Online di arena konferensi internasional.

 

Sumber: Nu.or.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *