Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 November 2014

Tunisia: Gudang Orang Pintar Timur Tengah


Universitas El Manar, universitas terbaik kedua di Tunisia versi 4icu.org

Kecil-kecil cabe rawit. Pepatah ini biasa kita pakai kala mengibaratkan sesuatu yang meski secara fisiknya lemah namun otaknya cerdas alias encer. Sebuah negara kecil di Afrika Utara yang dikepit Algeria dan Libya mungkin bisa menjadi salah satu manifestasi pepatah ini: Tunisia.

Negara dengan daratan seluas 163.610 kilometer persegi – sekitar seperdua belas luas  daratan Indonesia – dan jumlah penduduk 10,937,521 jiwa (estimasi tahun 2014) itu ternyata pernah punya sistem pendidikan yang cukup handal.

Buktinya? Tahun 2007-2008, World Economic Forum mentasbihkan sistem pendidikan Tunisia yang terbaik di Timur Tengah. Di level dunia, Tunisia ada di urutan 12. Bukan prestasi ecek-ecek, tentunya.

Soal pendidikan memang jadi perhatian utama pemerintah Tunisia. Sejak tahun 1991, pemerintah wajibkan pendidikan anak usia 6-16 tahun. Biasa saja, bukan? Ya, tapi di Tunisia ongkosnya gratis alias ditanggung penuh pemerintah. Pemerintah tak segan-segan menggelontorkan seperempat dari anggaran belanja dan tujuh persen dari  Produk Domestik Bruto untuk menopang kegiatan pendidikan.

Pada 2008, Kementerian Pendidikan Tinggi Tunisia menyatakan 370.000 warganya sudah menyelesaikan pendidikan tinggi kesarjanaan. Angka ini itu 7,25% dibanding setahun sebelumnya. Jangan heran, enam dari sepuluh sarjana di Tunisia adalah kaum hawa.

Di  Tunisia, anak-anak diajari membaca dan menulis bahasa Arab standar pada usia enam tahun. Di usia delapan tahun, mereka diajari bahasa Perancis dan usia 12 tahun, bahasa Inggris. Anda bisa bayangkan kemampuan bahasa sarjana lulusan Tunisia.

Sejarah Panjang
Aslinya, penduduk Tunisia modern adalah keturunan kaum Berber dan masyarakat dari campuran peradaban yang berasimilasi selama beribu-ribu tahun. Pada tahun 146 SM sampai 5 M, Tunisia berada di bawah kekuasaan Romawi. Lalu Islam menaklukkan Tunisia pada abad ke-7.

Delapan abad kemudian, terjadi migrasi besar-besaran dari dunia Arab dan emperium Ustmani termasuk sejumlah etnis Moor Spanyol dan Yahudi ke Tunisia. Negara ini lalu bersalin rupa mejadi pusat budaya dan pembelajaran Arab.

Pada abad ke-16, Tunisia bergabung dengan Emperium Ustmani. Menjelang abad ke-19, seiring goyahnya sendi kekuasaan Utsmani, Tunisia berada di bawah perlindungan Perancis pada tahun 1881 dan baru merdeka pada tahun 1956.

Hingga kini, Tunisia tetap mempertahankan hubungan baik dengan Perancis di ranah politik, ekonomi, dan budaya.

Kebanyakan warga Tunisia (98 persen) memeluk agama Muslim. Agama Kristen dan Yahudi hanya dianut oleh masing-masing 1 persen warga Tunisia. Sementara etnis Arab Berber yang menggunakan bahasa Arab menyumbang 98% jumlah penduduk Tunisia. Sisanya adalah etnis Eropa (1 persen) dan etnis lain (1 persen).

Sarjana Pengangguran
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kebijakan yang ditempuh pemerintah Tunisia. Meski lulusan universitas semakin berjubel di sana, pemerintah kurang sigap menyediakan lapangan pekerjaan. Kalau di era 70-an, lulusan diploma bisa segera mendapat pekerjaan lepas membawa ijazah mereka ke Kementerian Pendidikan, sejak tahun 90-an Kementerian ini mengelak dari menyediakan lapangan pekerjaan. Kementerian ini hanya berfokus menjaga agar angka pendaftaran dan alumni universitas tidak jeblok.

Sejak itulah, muncul lapisan sosial baru di Tunia, ‘pengangguran intelektual’

Di tahun 2000-an, angka pengangguran di Tunisia terus mengalami akselerasi hingga tahun 2011. Dan tampaknya, menggembungnya angka pengangguran – dan faktor-faktor lain seperti inflasi, korupsi, minimnya kebebasan berbicara – menggerakkan rakyat Tunisia menyerukan revolusi yang akhirnya berhasil menumbangkan rezim Zine El Abidine Ben Ali yang sudah bertengger di tampuk kekuasaan selama 23 tahun.

Revolusi Tunisia ini kemudian menjadi pemantik berbagai demo rakyat di negara-negara Arab – disebut Barat sebagai Arab Spring – untuk melawan kekuasaan despotik diktator-diktator Arab. 

Lepas revolusi, Tunisia masih bergelut dengan serentetan persoalan politik yang pada akhirnya mempengaruhi ranking sistem pendidikan. Di tahun 2014, posisi ke-12 dalam sistem pendidikan  terbaik dunia yang pernah disabet Tunisia kini ada di tangan rezim Israel.

(AR/berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *