Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 14 March 2013

Trauma Anak-Anak Suriah


“Kami melihat wajah-wajah yang tanpa ekspresi sama sekali. Anak-anak tidak tahu bagaimana bereaksi atas realita baru mereka. Mereka kehilangan segalanya…” (Saba Mubaslat,aktivis lembaga kemanusiaan) 

Anak-anak menjadi korban pertama dari konflik bersenjata yang sudah dua tahun terjadi di Suriah. Demikian pernyataan Saba Mubaslat dari Yayasan Save The Children kepada VOA di Amman ibukota Yordania, Rabu (13/3). Pernyataan aktivis lembaga non pemerintah terkemuka itu didsarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Universitas Bahcesehir,Turki beberapa waktu lalu. 

Menurut hasil penelitian tersebut, hampir separuh dari empat juta orang yang memerlukan bantuan di Suriah terdiri dari anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Lebih dari lima ratus ribu dari jumlah tersebut adalah anak balita. Dengan kondisi kekurangan gizi, terjangkit penyakit dan trauma,  anak-anak itu dipaksa oleh kelompok yang tengah bertikai untuk dijadikan sebagai tukang angkut, tameng,hidup bahkan serdadu. Sementara mayoritas anak-anak perempuan Suriah dinikahkan dini oleh orangtuanya guna terlindungi dari parkatek kekerasan seksual yang kerap terjadi di kawasan konflik.

Dalam keterangannya, Mubaslat menggambarkan  kondisi anak-anak itu ketika  pertama kali datang di sebuah kamp terbesar di Yordania: “Kami melihat wajah-wajah yang tanpa ekspresi sama sekali. Anak-anak tidak tahu bagaimana bereaksi atas realita baru mereka. Mereka kehilangan segalanya. Meninggalkan semuanya, rumah, tempat bermain, sekolah, teman-teman, kerabat dan datang ke tempat yang baru yang disebut “kamp” sangat menakutkan bagi anak-anak.” 

Begitu traumatiknya mereka terhadap situasi perang yang pernah dialami oleh mereka di tanah kelahirannya, hingga saat tiba di kamp pengungsian mereka seolah tak bisa mengatakan apa-apa untuk melukiskan situasi menakutkan tersebut. “Satu-satunya cara mengekspresikan  tragedi adalah dengan  terus menggambar senjata dan mayat-mayat berdarah di seluruh halaman itu, sangat menyedihkan melihat hasil karya seorang anak Suriah yang baru berusia enam tahun,”ujarnya. 

Hampir senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Bahcesehir, pada Selasa (12/3) penelitian UNICEF juga memperkirakan satu dari setiap lima sekolah di Suriah hancur atau digunakan oleh orang-orang yang mengungsi sebagai tempat perlindungan. 

Situasi menggenaskan yang dialami oleh anak-anak Suriah itu termaktub dalam sebuah laporan yang dibuat Save the Children, yang berjudul “Childhood Under Fire”. Laporan ini sengaja dibuat lembaga tersebut untuk memperingati dua tahun konflik bersenjata telah menghancurkan negeri kaya minyak itu.. Rencananya, Save the Children  akan mengajukan proposal bantuan kepada Dewan Keaamanan PBB untuk mengakhiri kekerasan dan memastikan anak-anak di seluruh Suriah mendapat bantuan kemanusiaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *