Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 30 September 2014

‘Tomy Winata Tak Perlu Takut’


Ahmad Taufik, salah satu calon komisioner KPK

Harapan pemberantasan korupsi ada di pundak sejumlah lembaga negara, utamanya Komisi Pemberantasan Korupsi. Nah, kabar teranyar dari Kuningan, markas Komisi, bakal ada pergantian pimpinan. Busyro Muqoddas, salah satu pimpinan, bakal habis masa jabatannya Desember mendatang. Penggantinya kini masih dalam tahap seleksi sejak 15 Agustus.

Ahmad Taufik salah satunya. Berlatar jurnalis Tempo dan pengacara, dia lolos dalam seleksi enam besar calon komisioner. Soal reputasi dan keberanian, dia punya segudang. Dia pernah diterungku Soeharto. Pernah pula dikejar-kejar orang-orang taipan Tomy Winata. Akhir pekan lalu, dia berbicara ke Islam Indonesia via telp:

Anda sudah puluhan tahun menjadi wartawan, belakangan sekalian rangkap jadi pengacara, namun kini sedang ikut tes Komisioner KPK. Apa profesi pengacara dan wartawan memang sudah tidak menarik lagi?

Kalau kita bicara Bunda Teresa, dia pernah 20 tahun menjadi guru. Namun saat melihat banyak orang sakit parah dan merana di Kolkata, India, dia kemudian memutuskan merubah haluan hidup jadi perawat bagi orang-orang sakit dan orang-orang merana.

Bukan saya seperti Bunda Teresa ya. Tapi selama 20 tahun lebih menjadi jurnalis dan sudah membongkar kasus-kasus korupsi, saya melihat masih banyak ketidakadilan di negeri ini — yang kadangkala membuat orang miskin menjadi korban — dan juga soal pelayanan publik yang buruk. Dua tahun belakangan karena kebetulan saya seorang sarjana hukum, saya kembali mengembangkan potensi saya di bidang hukum sambil tetap menjadi jurnalis. Saya membela beberapa kasus-kasus yang saya rasa cukup penting. Karena saya tahu persoalan hukum di Indonesia dan masalah-masalah selama saya menjadi jurnalis di lapangan, kemudian juga ketika di advokat kelihatanlah ada sesuatu yang membuat saya tergugah.

Menjelang pergantian pemerintahan ini, selain ada juga peluang untuk menjadi KPK, kenapa tidak saya mengambil kesempatan ini? Kebetulan saya juga punya kemampuan dan potensi, kan sayang nih kalau tidak dimanfaatkan untuk bangsa.

Anda sempat diterungku Soeharto, sempat juga dikejar-kejar orang-orang Tommy Winata. Apa niat masuk ke KPK ini karena dendam?

Tidak…tidak, saya pikir itu sudah lewat ya. Memang jurnalis tugasnya membongkar segala sesuatu. Orang lain memusuhi, kita harus tidak merasa dimusuhi orang, agar tidak menjadi pikiran ya. Keinginan saya adalah mengembangkan potensi dan kemampuan yang saya miliki.

Jadi Tomy Winata ini tak perlu cemas dengan masuknya Anda dalam seleksi ini?

Ohh tak perlu. Kalau sama-sama benar, sama-sama ingin melangkah membawa negeri ini kan juga tidak ada masalah, sebetulnya.

Boleh diringkas seperti apa visi anda jika jadi masuk KPK?

Pertama tentu strateginya pencegahan, bagaimana caranya menggerakkan masyarakat ini untuk sama-sama mencegah korupsi. Secara massif masyarakat perlu mencegah praktek korupsi yang selama ini terjadi, mulai dari tingkat yang paling bawah sampai tingkat yang paling atas. Kalau semua sudah dilakukan, kan lebih mudah memberantas korupsi. Jadi visi untuk keadilan, kemudian mengembalikan kekayaan nasioanal kepada rakyat lebih mudah disampai.

Lawan terberat Anda kabarnya Busyro Muqoddas. Kalau boleh tahu , apa sih yang Anda punya yang tidak dipunyai Busyro atau pimpinan KPK lainnya?

Menurut saya sih tidak, semuanya sama ya. Memang Pak Busyro punya pengalaman sudah dua kali menjabat.Saya inikan banyak di lapangan, kemudian tahu bagaimana cara-cara yang benar membongkar korupsi, melakukan investigasi sampai ke level mastermind. Kalau dalam pekerjaan investigasi tidak sampai abu-abu, musti sampai mentok mencari tahu sebetulnya siapa sih mastermind dalam sebuah kasus korupsi. Nah yang seperti itu bisa kita tularkan kepada penyidik-penyidik KPK secara lebih sesuai hukum dan sebagainya.

Boleh tahu dukungan masyarakat terhadap pencalonan Anda sejauh ini, seperti apa dan adakah dukungan ini bisa membantu jalan Anda lolos seleksi di DPR nantinya?

Kalau di sosial media cukup tinggi ya, kemudian aktivis-aktivis di Jakarta juga melakukan diskusi untuk mendukung pencalonan saya. Pada Jum’at kemarin di Bandung, teman-teman wartawan, artis-artis, aktivis, dan komunitas lainnya membuat ‘KPK’ juga. Namanya Komisi Perangi Korupsi. Nah ini juga menjadi suatu hal yang penting, karena memberantas korupsi menjadi sebuah gerakan. Mengembalikan marwah ketika KPK pertama kali dibentuk, pada awalnya kan KPK yang dibentuk pada tahun 2003 atas desakan masyarakat sipil.

Anda kabarnya sudah pernah ikut tes komisioner KPK, dulu bersama Antasari Azhar. Apa yang membuat Anda yakin dengan seleksi kali ini?

Ya pada tahun 2007, saya ingat betul bersama Antasari. Kali ini saya yakin karena tahun ini pada masa transisi pemerintahan dari masa SBY ke Jokowi, dan ini cukup menarik, semangat revolusi mental yang ditularkan Jokowi juga bisa kita tularkan dalam hal ini.

Kami dengar kabar saat lolos seleksi berkas di awal, Anda sempat bermimpi kena cakar macan. Boleh diceritakan seperti apa mimpi itu dan apa kira kira maknanya?

Oh haha. Itu hanya bunga tidur saja.

(Ami/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *