Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 22 July 2014

Tiga Merpati di Kegelapan Malam


(al-akhbar)

 

Jika Walaa Ghussein dan keluarganya selamat meski bom muntahan pesawat tempur F-16 Israel meledak dekat rumahnya, Abu Mohammed Shabet harus merelakan kematian tiga anaknya.

Di rumahnya, di kota Hayy al-Touffah, timur laut Gaza, Abu Mohammed (59 tahun) duduk mengelilingi meja makan bersama ketiga anaknya, menanti buka puasa. Satu-satunya lilin di atas meja mereka mulai redup. Penghuni rumah itu mendengar suara tank-tank Israel di perbatasan timur yang terus menyalak memuntahkan bom-bom ke arah rumah-rumah penduduk. Abu Mohammed berusaha menenangkan anak-anaknya yang ketakutan.

Begitu azan menggema, mereka segera menyantap  hidangan. Suara ledakan bom semakin jelas terdengar, mendekati rumah mereka. Anak-anak Abu Mohammed tambah ketakutan. Mereka mengajak ayahnya untuk segera meninggalkan rumah, mencari tempat berlindung. Tapi Abu Mohammed kembali menenangkan. “Kita akan selamat. Jangan cemas, bom-bom itu jauh dari rumah kita.” Baru selesai berkata, tiba-tiba sebuah ledakan dahsyat membahana. Salah satu bom dari tank-tank Israel tepat menghantam rumahnya. Abu Mohammed kaget setengah mati. Ia tak percaya, bagaimana mungkin rumahnya menjadi sasaran bom?
Ia tak sempat berpikir lagi.  Segera ia mencari ketiga anaknya, meraba-raba dalam kegelapan. Tiba-tiba ia menyentuh salah satu jasad anaknya. “Apa ini? Kamu siapa? Kenapa kamu?” Abu Mohammed terus bertanya. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjawab. Saat mencoba mengangkat tubuh itu, Abu Mohammed merasakan cairan hangat mengalir deras. Ia jadi panik dan mulai berteriak sekuat tenaga.

Saat tim penyelamat datang, Abu Mohammed jatuh pingsan. Ia segera dilarikan ke rumah sakit. Saat sadar, ia baru tahu kalau ketiga anaknya tewas seketika dalam ledakan bom. “Tidak mungkin. Oh Tuhan, tidak. Jangan pisahkan aku dari mereka. Aku belum melihat mereka, oh Tuhan. Aku masih ingin melihat mereka. Oh Tuhan, aku sudah janji akan membelikan baju baru untuk lebaran dan aku belum menunaikan janjiku,” sesalnya sedih dalam tangisan. “Apakah pengeboman masih belum cukup?” tanyanya putus asa.

Bagi warga Gaza, malam hari bukan waktu untuk tidur melepas lelah. Sahut menyahut suara ledakan rudal dari jet tempur Israel dan bom tank-tank tentara Israel membuat malam yang gelap semakin mencekam. Mereka harus selalu siap menghadapi kemungkinan paling buruk; kena bom dan mati seketika seperti anak-anak Abu Mohammed atau mati di rumah sakit karena rumah sakit juga dibom Israel. [A/al-akhbar]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *