Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 16 February 2019

Tanwir Muhammadiyah 2019, Haedar Nashir: Membangun Toleransi dan Kedamaian


islamindonesia.id – Tanwir Muhammadiyah 2019, Haedar Nashir: Membangun Toleransi dan Kedamaian

 

Sidang Tanwir Muhammadiyah 2019 diselenggarakan di Bengkulu pada 15-16 Februari 2019. Sidang tersebut mengangkat tema “Beragama yang Mencerahkan”.

Sidang Tanwir Muhammadiyah adalah permusyawaratan tertinggi di bawah muktamar. Sidang Tanwir dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode kepengurusan, demikian sebagaimana dilansir dari detik.com.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa alasan pemilihan kota Bengkulu adalah karena kota itu tidak lepas dari sejarah panjang ikatan Muhammadiyah dengan para tokoh Muhammadiyah dan Bangsa yang ada di Bengkulu.

Dalam Sidang Tanwir kali ini ada empat agenda utama yang akan diselenggarakan. Agenda tersebut adalah membahas keorganisasian, kehidupan keumatan dan kebangsaan, mendengarkan pidato Jokowi dan Prabowo selaku tokoh nasional (bukan sebagai capres), serta membahas permusyawaratan yang berkaitan dengan perkembangan dan dinamika persyarikatan Muhammadiyah di tingkat nasional dan wilayah.

Dalam pidato pembukaan pada hari Jumat (15/2), Haedar mengatakan, “Kami menyelenggarakan Tanwir di kota Bengkulu atas pertimbangan sejarah lahirnya tokoh-tokoh Muhammadiyah dan Bangsa. Hasanuddin adalah pengusaha ternama dari Muhammadiyah dan ayah dari ibu Fatmawati.

“Soekarno pernah menjadi Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah. Juga ada tokoh Tionghoa Muslim juga tokoh Muhammadiyah (Abdul Karim Oey-red). Kami ingin mengenang jejak dan menyambung mata rantai para tokoh yang tidak hanya hadir untuk Muhammadiyah tapi juga untuk negara,” ungkap Haedar, dilansir dari muhammadiyah.or.id.

Haedar melanjutkan,  Tanwir Muhammadiyah 2019 ini mengambil tema “Beragama yang Mencerahkan” dengan dua pertimbangan.

“Muhammadiyah maupun umat Islam dituntut menyebarkan praktek Islam yang mencerahkan kehidupan sehingga Muslim cerah hati sikap dan tindakan yang disinari nilai ajaran Islam yang luhur dan utama sebagaimana dibicarakan dalam surat An-Nur,” kata Haedar.

“Dalam kehidupan sehari-hari masih menjumpai pengalaman dan pemahaman Islam seperti sikap ekstrem dalam beragama, intoleransi, hoax, politik identitas, kebencian, permusuhan, dan praktek hidup yang memisahkan diri dari hajat hidup orang banyak,” imbuhnya.

Karena hal itu, Muhammadiyah ingin membangkitkan kembali kesadaran agama yang mencerahkan. Yang mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk kegelapan yakni kehidupan yang bercahayakan nilai-nilai ilahi.

“Islam mengajarkan ajaran kemuliaan akal budi sebagai mana misi pencerahan Nabi. Mengajarkan agama dengan cara yang makruf. Beragama yang mencerahkan dapat membangun keadaban publik. Dalam kehidupan kebangsaan saat ini masih terdapat nilai-nilai positif yakni ruh toleransi, kedamaian, ta’awun, semangat untuk maju bersama, kegotongroyongan,” pungkasnya.

Turut hadir dalam acara pembukaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berkapasitas sebagai Presiden RI. Tadinya acara tersebut akan dibuka oleh Jusuf Kalla (JK) selaku wapres, namun ada perubahan rencana sehingga yang membuka acara adalah Jokowi dan yang menutup adalah JK.

Ikut mendampingi Jokowi dalam acara tersebut antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, serta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Sementara itu, Prabowo yang tadinya dijadwalkan akan hadir dalam kapasitasnya sebagai tokoh nasional tidak dapat hadir karena di saat bersamaan calon presiden nomor urut 02 itu menyampaikan pidato kebangsaan di Semarang, Jawa Tengah.

 

PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Muhammadiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *