Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 01 December 2019

“Tanpa Sanad Ilmu, Orang Bakal Ngomong Seenak Perutnya”


islamindonesia.id-“Tanpa Sanad Ilmu, Orang Bakal Ngomong Seenak Perutnya”

Dalam tradisi Islam, warisan keilmuan yang disertai sanadnya merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw. Demikian kata Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan ketika memperingati Maulid Nabi dan Haul KH. Abdullah Umar di Lasem Rembang, 27 November.

“Kalau bukan keberadaan sanad, orang bakal ngomong seenak perutnya,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Alfachriyah Tangerang ini seperti disiarkan TV9. “Ilmu ini agama, lihat-lihat dari mana kita ambil sumber agama kita.”

Jika jejak para ulama terdahulu ditelusuri, kata Habib Jindan, silsilah keilmuan mereka sambung menyambung hingga Rasulullah Saw. Salah satu contohnya adalah KH. Abdullah bin Umar.

KH. Abdullah Umar merupakan ayah dari KH Abdul Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyyah Pasuruan Jawa Timur. KH. Hamid juga dikenal seorang wali yang sangat masyhur.

“Oleh karena itu ini adalah rumah tangga ilmu, rumah tangga kesalehan dan kewalian,” katanya merujuk kediaman almarhum Abdullah bin Umar.

Dalam kesempatan itu, Habib Jindan juga menjelaskan kecintaan para ulama kepada kitab. Sedemikian, mereka rela menjual rumahnya untuk sekedar membeli kitab.

Habib Jindan

Cucu Habib Salim bin Ahmad bin Jindan ini lahir 41 tahun lalu di Sukabumi, Jawa Barat. Ia adalah da’i, ulama, dan pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Tangerang, Banten. Sementara kakeknya dikenal sebagai pejuang dakwah di Betawi pada tahun 1906-1969 yang berjuluk “Singa Podium”.

Habib Jindan pernah bersekolah di SD Islam Meranti, kemudian melanjutkan ke Madrasah Jam’iyatul Khair Tanah Abang sebelum menuntut ilmu di Darul Musthafa, Tarim, Hadramaut. Sejak muda, sepulang sekolah, Habib Jindan selalu belajar pada habib dan ulama di Jakarta, seperti di madrasah Tsaqafah Islamiyah yang diasuh oleh Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dan puteranya, Ustadz Abu Bakar Assegaf. Habib Jindan juga pernah belajar bahasa arab di Kwitang (Senen, Jakarta Pusat) di tempat Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi, dengan guru-guru setempat.

Selain itu, pada sorenya ia sering mengikuti Rauhah yang digelar oleh Majelis Ta’lim Habib Muhammad Al Habsyi. Di majelis itu, banyak habib dan ulama yang menyampaikan pelajaran-pelajaran agama, seperti Habib Abullah Syami’ Al-Athas, Habib Muhammad Al Habsy. Ustadz Hadi Assegaf, Habib Muhammad Mulachela, Ustadz Hadi Jawwas, dan lain-lain.[]

YS/islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *