Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 01 January 2017

Tahun Baru 2017 Sudah Tiba, Tahun Baru Jawa Kapan Tepatnya?


islamindonesia.id – Tahun Baru 2017 Sudah Tiba, Tahun Baru Jawa Kapan Tepatnya?

 

Tahun Masehi mengawali tahun barunya setiap tanggal 1 Januari sementara Tahun Hijriyah mengawali tahun baru pada tanggal 1 Muharram dan Tahun Jawa—sebagaimana yang selama ini lazim kita kenal, mengawali tahun barunya pada tanggal 1 Suro. Sepintas, Tahun Jawa memiliki kesamaan dengan Tahun Hijriyah, terutama mengawali tanggal dan bulannya. Perbedaannya terletak pada istilah penyebutan nama bulan saja. Tahun Hijriyah menyebut bulan Muharram atau Asyuro, sementara Tahun Jawa menyebut bulan Suro. Kesamaan keduanya ternyata dapat ditelusuri dari sejarah kerajaan Mataram Islam di bawah kekuasaan pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi).

Ketika itu di tengah masyarakat Jawa, tahun yang menjadi pegangan masyarakat pada zamannya adalah Tahun Saka yang berdasarkan peredaran matahari. Sementara bagi umat Islam sendiri menggunakan Tahun Hijriyah.

Sementara pada waktu Sultan Agung berkuasa, Islam telah diakui menjadi agama di lingkungan istana Mataram Islam. Maka untuk tetap meneruskan penanggalan Tahun Saka yang berasal dari leluhurnya, dan ingin mengikuti penanggalan Tahun Hijriyah, maka Sultan Agung membuat kebijakan mengubah Tahun Saka menjadi Tahun Jawa. Maka ketika tahun 1555 Saka, oleh Sultan Agung diganti menjadi tahun 1555 Jawa, berlaku pulalah ketentuan itu untuk masyarakat pengikutnya. Sementara penetapan tanggal dan bulannya disamakan dengan tanggal dan bulan Tahun Hijriyah. Berarti tanggal 1 Suro 1555 Tahun Jawa sama dengan tanggal 1 Muharram 1043 Hijriyah dan bertepatan pula dengan tanggal 8 Juli 1633 Masehi.

Di sisi lain, nama-nama bulan pada Tahun Jawa pun dibuat berbeda dengan nama-nama Tahun Hijriyah. Tentu saja disesuikan dengan ucapan masyarakat Jawa. Seperti bulan Muharram (Tahun Hijriyah) = bulan Suro (Tahun Jawa), bulan Shafar = Sapar, bulan Rabi’ul Awal = Maulud, bulan Rabi’ul Tsani = Bakda Maulud, bulan Jumadil Ula = Jumadil Awal, bulan Jumadil Tsaniyah = Jumadil Akir, bulan Rajab = Rejeb, bulan Sya’ban = Ruwah, bulan Ramadhan = Pasa, bulan Syawwal = Sawal, bulan Dzulqa’dah = Dulkaidah, dan bulan Dzulhijjah = Besar.

Lalu sebenarnya kapan tepatnya awal Tahun Baru Jawa? Selain 1 Suro, ternyata ada pula yang menyatakan bahwa Tahun Baru Jawa itu jatuh pada tanggal 22 Juni.

Mungkin timbul pertanyaan, kenapa harus tanggal 22 Juni? Jawabnya, ya dari hubungan tanggal 22 Juni itu dengan peredaran matahari. Sistem kalender solar inilah titi mongso yang digunakan orang Jawa asli.

Seperti diketahui, kita yang berada di Indonesia, saat ini paling tidak mengenal empat macam tahun yang berbeda-beda, di antaranya Tahun Masehi, Tahun Hijriyah, Tahun Jawa, dan Tahun Imlek. Tahun Masehi didasarkan atas perputaran bumi mengitari matahari yang dikenal dengan tahun matahari, dan berkaitan dengan musim, sementara Tahun Hijriyah dan Tahun Jawa didasarkan pada perputaran bulan mengelilingi bumi dan tidak berkaitan dengan musim. Tahun yang berdasarkan perputaran matahari dan bulan memiliki perbedaan jumlah hari setiap tahunnya. Untuk tahun matahari, setiap tahunnya berjumlah 365/366 hari, sementara untuk tahun bulan, memiliki 354 hari per tahun.

Bahwa tahun baru Jawa seharusnya diperingati setiap tanggal 22 Juni bukan setiap tanggal 1 Suro karena sejatinya orang Jawa menganut penanggalan matahari/Saka bukan penanggalan bulan/Candra/Hijriyah. Karena tahun Saka selalu sama dengan kalender Masehi, maka seharusnya Tahun Baru Jawa selalu sama tanggalnya dari tahun ke tahun, bukannya maju 10 hari tiap tahun seperti sekarang. Waktu itu sudah banyak orang Jawa yang rib-iriban sehingga fatwa Sultan Agung bisa diterima dan cepat menyebar, namun masih ada juga orang Jawa yang ngugemi penanggalan Saka sehingga berlanjut sampai sekarang.

Secara garis besar Nusantaralah sebenarnya yang telah mempelopori budaya astronomi dunia, jauh sebelum India, Arab dan Yunani menemukan sistem perkalenderan mereka, dan memang telah ditemukan kalender yang berusia ratusan ribu tahun yang berasal dari peradaban Atlantis yaitu Nusantara. Nama-nama hari: Radite, Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra, Saniscara merupakan nama-nama benda angkasa Jawa.

Tim peneliti The Lost World telah menemukan bukti, pernah ada kelender tertua yang pernah ditemukan yakni berusia kurang lebih 15.000 tahun yang lalu. Bukti-bukti yang mendukung di sekitarnya menunjukkan kalender tersebut lebih cenderung memiliki keselarasan dengan budaya Nusantara. Hal ini serupa kasus Benua Atlantik yang hilang, peneliti Brazil berani menyimpulkan 80-90% adalah Nusantara. Artinya, meski penelitian belum tuntas, setidaknya bisa digunakan sebagai bahan kajian ilmiah secara lebih dalam lagi.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *