Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 04 September 2016

TAFSIR–Makna Ajal


Islamindonesia.id–Makna Ajal
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman: “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam ajal (masa) yang telah ditentukan. Dan orang-orang kafir ber­paling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (QS. al-Ahqaf: 3). Dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dibatasi oleh ajal yang telah ditetapkan-Nya. Tidak terdapat satu pun maujud yang melampaui batas ajalnya.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat meng­un­­durkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memaju­kan­nya.” (QS. al-A‘raf: 34)
Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan: “Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya).” (QS. al-Hijr: 5)
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang mene­rangkan makna ajal.

Secara bahasa, ajal artinya masa berakhir sesuatu. Al-Qur’an juga menyebutnya dengan kata yaum (hari) pada firman Allah SWT berikut ini: “Kata­kanlah: ‘Bagi kalian ada hari yang telah dijanjikan (Hari Kiamat) yang tiada dapat kalian minta mundur dari­padanya barang sesaat pun dan tidak (pula) kalian dapat meminta supaya diaju­kan.’” (QS. Saba’: 30).

Kemudian Allah SWT berfirman: “Dialah Dzat yang menciptakan kalian dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematian kalian), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang hanya diketahui oleh-Nya).” (QS. al-An‘am: 2).

Ayat di atas menyebutkan bahwa ajal yang telah ditentukan ada di sisi Allah Swt.  Lalu Allah mempertegas dengan ayat berikut ini: “Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. an-Nahl: 96) Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan bahwa segala yang mewujud di sisi-Nya senantiasa kekal, tidak akan sedikit pun ber­kurang atau habis, atau mengalami perubahan. “Ajal yang telah ditentukan” adalah wadah yang terjaga dan kekal untuk menam­pung objek tanpa mengalami sedikit pun perubahan atau pengu­rangan.

Selain itu, Allah SWT juga menjelaskan bahwa ada ajal yang telah ditentukan-Nya bagi aneka keindahan alam di muka bumi ini, seba­gaimana Dia pun menentukan ajal bagi kehidupan dunia. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia ini adalah se­perti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tum­buh­­lah karena air itu tanaman bumi dengan suburnya, di anta­ranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apa­bila bumi itu telah sempurna keindahannya dan berhias (dengan) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengi­ra bahwa mereka pasti menguasainya (bumi), tiba-tiba datang­lah kepa­da­nya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadi­kan (segenap tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah di­sa­bit, seakan-akan tidak pernah tum­buh kemarin.” (QS. Yunus: 24)

Ayat di atas telah menyebutkan dua macam ajal, atau satu ajal yang memiliki dua dimensi: ajal yang bersifat duniawi dan temporal; dan ajal yang merupakan ketetapan-Nya yang bersifat abadi sebagaimana ditegaskan oleh firman-Nya: “Sesudah itu ditentukan-Nya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan pada sisi-Nya (hanya Dia sen­dirilah yang mengetahuinya).” (QS. al-An‘am: 2)

Ajal yang telah ditetapkan-Nya senantiasa berada di sisi-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang menghalanginya sebagaimana diisyarat­kan oleh kata ‘indahu (di sisi-Nya) pada ayat 2 surah al-An‘am di atas. Dari sini kita dapat memahami maksud firman Allah SWT yang berbunyi: “Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya ajal (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang.” (QS. al-‘Ankabut: 5). Oleh karena itu, Al-Qur’an biasa menyebut­nya dengan istilah “kem­bali ke sisi Allah” atau “kepada-Nya segala sesuatu dikem­balikan.”

 

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *