Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 09 November 2014

Sumpah Pemuda di Hari Pahlawan


Mengenang Hari Pahlawan.

Carl Jung, seorang psikolog dan terapis asal Swiss, mengatakan bahwa dalam pikiran bawah sadar manusia terdapat cara tertentu untuk menjelaskan pengalamannya yang dilakukan secara spontan dan turun-temurun. Penjelasanitu dia istilahkan dengan arketipe; dan salah satu arketipe itu adalah pahlawan. Maksudnya, semua orang secara alami mengharapkan adanya sosok manusia yang kuat, arif, dan bijaksana, bahkan terkadang memiliki sifat ketuhanan, untuk memerangi segala kejahatan.

Kebutuhan akan sosok pahlawan semakin kuat dirasakan oleh kalangan pemuda. Mereka berada dalam tahap kehidupan yang paling sensitif namun penting.Pada masa kecil mereka menerima pendidikan dasar sehingga beberapa pihak menuntutnya untuk segera menjadi dewasa. Namun, di sisi lain mereka juga mendapat tekanan karena dianggap belum matang. Akibat masa transisi tersebut, kejiwaan mereka menjadi labil, mudah berubah-ubah. Mereka ingin menemukan jati diri dengan mencari pahlawan atau sosok ideal yang dia harapkan bisa ditiru dan diteladani.

Selain peran orang tua, aksi memunculkan sosok pahlawan juga harus mendapatkan perhatian dari lingkungan bahkan negara. Hal tersebut dikarenakan tokoh dan pahlawan dapat memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan karakter para pemuda. Orang tua memberikan nilai-nilai kepada remajanya sehingga mereka dapat mencari sosok pahlawan yang tepat, sementara lingkungan dan negara menyajikan pahlawan-pahlawan yang menginspirasi para pemuda untuk dapat berbuat lebih banyak bagi masyarakat.

Agenda Hari Pahlawan yang dijalankan pemerintah harus lebih dari sekedar mengenang dan memperingati. Sejarah yang memuat perjuangan para pahlawan yang diajarkan di sekolah-sekolah seharusnya tidak lagi cenderung hafalan dan tidak membekas dalam kehidupan keseharian. Sebagaimana yang diungkapkan Sardiman A.M., ketika menyampaikan pelajaran mengenai sejarah, termasuk perjuangan pahlawan, harus pula dapat ditanamkan nilai serta ditransformasikannya pesan di balik realitas sejarah kepada para peserta didik.

Lebih dari sekedar riwayat sejarah, nilai-nilai patriotisme dan sikap anti-penjajahan yang dicontohkan oleh Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting perlu disampaikan tidak hanya di sekolah tetapi juga kepada seluruh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia perlu terus diingatkan bahwa sikap menjajah, terlebih pada bangsa sendiri, adalah perbuatan zalim. Siapapun yang melakukan penjajahan, terlepas mengatasnamakan negara atau agama apapun, adalah perbuatan yang harus dilawan.

Begitu juga dengan sikap militan dan revolusioner yang ditunjukkan oleh Sukarni Kartodiwerjo, patut diteladani oleh para pemuda. Sejak kecil dia telah mendapatkan didikan dari orang tuanya untuk selalu peduli dengan sulitnya kehidupan masyarakat yang saat itu masih dijajah oleh Belanda. Pengasingan dan penangkapan tidak mengurangi keberaniannya dalam melawan penjajahan.

H.R. Mohammad Mangoendiprojojuga mengajarkan kepada kita kegigihan dalam melawan penjajah, meskipun dirinya juga seorang pegawai pemerintahan. Kepedulian dan rasa nasionalisme membuatnya memutuskan untuk terjun langsung ke masyarakat dalam melawan penjajah. Ketika memimpin negosiasi dengan Inggris, Mangoendiprodjo menunjukkan bahwa orang Indonesia mempunyai kemampuan yang setara dengan negara lain.

Sementara K.H. Abdul Wahab Hasbullah membuktikan bahwa seorang ulama seharusnya memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap kualitas kehidupan masyarakat. Kiai Wahab jugalah yang mencontohkan bahwa seseorang yang memakai serban tidaklah anti terhadap politik bahkan berada di barisan depan dalam mengangkat senjata melawan penjajah, yang pada masa itu diwakili oleh Jepang dan Belanda.

Rasulullah saw.sudah memesankan kepada kita semua untuk berbuat baik kepada pemuda dan memanfaatkan keberadaan mereka demi mewujudkan misi-misi besar. Ali bin Abi Thalib pula telah mengatakan bahwa hati seorang pemuda bagaikan tanah kosong yang akan menerima apapun yang ditanamnya. Oleh karenanya, menjadi kewajiban pula bagi negara untuk menanamkan nilai-nilai yang diteladankan para pahlawan kepada aset besar bangsa ini.

Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial dengan tepat menjadikan “Pahlawanku Idolaku” sebagai tema Hari Pahlawan pada tahun 2014. Semoga harapan agar peringatan hari nasional ini menjadilebih populer, mudah diingat, mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh para pemuda sebagai sasaran utama Hari Pahlawan dapat terpenuhi. Para pemuda diharapkan dapat bersumpah untuk menjadikan pahlawan sebagai idolanya dan meneladani semangat serta nilai kepahlawanan yang telah mereka tunjukkan.

Ditulis tiga belas hari sebelum Hari Sumpah Pemuda untuk memperingati Hari Pahlawan, 10 November 2014.

(Eja/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *