Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 12 July 2014

Sultan Hadirin, Penyebar Islam Dan Penguasa Jepara Dari Aceh


Islam Indonesia

Selain kota Demak dan Kudus, Jepara adalah salah satu tujuan ziarah kaum muslimin ke wali-wali yang ada di pulau Jawa. Pasalnya di Jepara ada makam Sultan Hadirin dan istrinya, Ratu Kalinyamat, meskipun keduaanya tidak termasuk wali songo.

 

Menjelang Ramadhan dan setelah Idul fitri biasanya banyak peziarah yang datang dari berbagai pelosok. Lebih rame lagi setiap tanggal 17 Robiul Awal atau 9 April, saat memperingati wafatnya sekaligus upacara “Ganti Luwur” atau Ganti Kelambu.

 
Gapura Putih Jepara
Gapura makam yang bercat putih dan bertuliskan syahadat, menyambut para peziarah yang datang. Benteng pembatas yang mengelili komplek itu terbuat dari bata berusia ratusan tahun. Dengan arsitektur kuno model masjid Menara Kudus atau Masjid Demak. Makam-makam kuno juga bertebaran di sekitar bangunan utama.

 
Pusara Tertutup Selambu
Di bangunan utama makam ada empat pusara tertutup selambu. Yaitu sultan Hadirin, Ratu Kalinyamat, Patih Sungging Badarduwung seorang keturunan Cina yang bernama Cie Gwi Gwan dan putra angkat sultan.

 

Situs sejarah kota Jepara itu terletak di desa Mantingan Kecamatan Tahunan, terdiri dari bangunan Masjid dan kompleks Makam. Masjid Mantingan di bangun Oleh pangeran Hadlirin pada Tahun 1481 Saka atau Tahun 1559 Masehi. Dulu masjid itu digunakan sebagai Pusat penyebaran Agama Islam di pesisir Utara Pulau Jawa. Masjid Mantingan merupakan Masjid kuno ke dua setelah Masjid Agung Demak.

 

Masjid Mantingan berlantai tinggi ditutup dengan ubin bikinan Tiongkok, dan demikian juga dengan undak-undakannya. Semua benda tersebut didatangkan dari Makao. Bangunan atap termasuk bubungan adalah gaya Tiongkok. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam dan khatib dihiasi dengan relief-relief persegi. Salah satu ciri masjid ini adalah reliefnya. Beberapa di antaranya memiliki pola tanaman yang membentukkan rupa makhluk hidup.

 

Sultan Hadirin nama aslinya adalah Raden Tohyib, putra Syekh Mukhayyat Syah seorang sultan dari Aceh. Sultan Hadirin ke tanah Jawa untuk menyebarkan Islam sekaligus menghindari pertumbahan darah akibat perebutan kekuasaan dengan saudaranya Raden Takyim. Sebelumnya beliau berkelana keberbagai tempat, ke Makkah bahkan ke Champa hingga berakhir di bandar Jepara dan menikah dengan Ratu Kali Nyamat.

 

Bandar Jepara saat itu merupakan salah satu pelabuhan perdagangan dari delapan buah kerajaan yang ramai di pulau Jawa dan Madura. Yaitu Banten, Jakarta, Cirebon Prawoto, Kedu, Madura dan Kalinyamat. Kala itu bandar Jepara merupakan pusat pelayaran dan perdagangan dari berbagai pelosok nusantara.

 

Kanjeng Ratu Kalinyamat, menurut babad tanah jawi edisi Meinsma, adalah seorang putri pangeran Trenggono dan cucu Raden patah, Sultan Demak yang pertama (1521-1546). Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana.

 

Setelah menikah dengan Ratu Kalinyamat, Raden Toyib diberi gelar Sultan Hadlirin dan menjadi adipati Jepara. Penobatan tersebut terjadi pada tahun 1536. Sultan Hadirin menjadi penguasa Jepara yang meliputi negeri Jepara, Pati, Rembang dan Juana. Kalinyamat sebagai pusat pemerintahannya.

 

Sultan Hadlirin memerintah dengan adil, di dampingi istrinya menjadikan Jepara maju dan pesat, disegani Negara-negara lain. Bahkan Bandar Jepara menjadi Bandar internasional kala itu.

 

Sekian lama perkawinannya dengan Ratu Kalinyamat, Sultan Hadlirin belum juga memiliki keturunan. Mengingat pemerintahan di Kalinyamat begitu luas dan penting, akhirnya sultan Hadlirin menikah dengan putri sunan kudus bernama Raden Ayu Pridobinabar, perkawinan tersebut mengabungkan dua kekuasaan antara Jepara dan Kudus. Namun dari perkawinan ini pun Sultan tidak memiliki putra untuk melanjutkan kekuasaan.

 

Namun intrik politik dan perebutan kekuasaan antara kesultanan Demak dan Kudus merengut nyawa Sultan Hadirin. Ada yang menyatakan beliau dibunuh Arya Jipang atau Arya Penangsang.


Kisahnya, pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan.

Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.

Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Sultan Hadirin pun tewas, sedangkan istrinya lolos dari upaya pembunuhan tersebut dan bisa pulang ke Jepara dengan membawa jenazah suaminya. (MA/dari berbagai sumber) bersambung….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *