Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 08 May 2019

Studi Terbaru PBB: Jika Perang Yaman Berlanjut, 1,8 Juta Orang akan Tewas


islamindonesia.id – Studi Terbaru PBB: Jika Perang Yaman Berlanjut, 1,8 Juta Orang akan Tewas

Di saat umat Islam sedunia sedang merayakan suka cita dalam Ramadan, perang Yaman terus berlanjut. Studi terbaru menyatakan bahwa pada akhir tahun ini, sekitar 233.000 orang akan tewas di Yaman sebagai akibat perang yang dipimpin olah Arab Saudi di sana, termasuk 140.000 anak yang usianya berada di bawah lima tahun.

Proyeksi suram ini terkandung dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Josef Korbel dari School of International Studies at the University of Denver. Korbel ditunjuk secara khusus oleh PBB untuk menyelesaikan penelitian ini. Dokumen hasil peneltian selengkapnya dapat dilihat di sini.

Adapun rangkumannya akan dipaparkan di dalam artikel ini. Sebagaimana dilansir dari foreignpolicy.com, data yang dihimpun dalam laporan itu menggarisbawahi tentang disintegrasi negara yang sudah menjadi negara termiskin di dunia bahkan sejak sebelum perang dimulai pada Maret 2015.

Pada bulan itu Saudi kemudian datang untuk ikut campur untuk mengatasi gerakan separatis Houthi di Yaman yang berhaluan Syiah. Perang berikutnya berkembang menjadi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Amerika Serikat (AS) telah memberikan dukungan militer kepada koalisi yang dipimpin Saudi, termasuk pengisian bahan bakar pesawat-pesawat Saudi pada saat pengeboman.

Studi dalam penelitian Korbel memproyeksikan bahwa Yaman akan mengalami kerugian ekonomi senilai $ 89 miliar pada akhir tahun ini. Jika perang berlanjut hingga 2022, maka sekitar 482.000 orang diperkirakan akan mati.

Jika perang terus berlangsung hingga 2030, angka kematian akan meningkat menjadi sekitar 1,8 juta, termasuk 1,5 jutanya adalah anak-anak di bawah usia lima tahun.

Jumlah korban manusia yang begitu besar di Yaman telah mendorong dua majelis Kongres di AS untuk melakukan pemungutan suara untuk mengakhiri dukungan AS untuk koalisi yang dipimpin Saudi.

Meski demikian, Presiden AS, Donald Trump, memveto keputusan itu, dia menggambarkan RUU itu sebagai, “Upaya berbahaya yang tidak perlu untuk melemahkan otoritas konstitusional saya.”

PH/IslamIndonesia/Foto Fitur: Khaled Abdullah Reuters

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *